Menteri BUMN Larang Rakyat Konsumsi Gula Rafinasi
SIDOARJO, SATUHARAPAN.COM - Menteri BUMN, Rini Soemarno melarang rakyat Indonesia khususnya kalangan rumah tangga untuk mengonsumsi gula rafinasi karena komoditas tersebut hanya boleh dinikmati pasar industri seperti pabrik makanan-minuman dan farmasi.
"Kami benar-benar menjaga ini dengan Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian termasuk pengaturan harga gula sedang dibicarakan dengan Mendag dan Mentan. Konsumsi gula rumah tangga ya harus gula petani, bukan gula impor atau rafinasi karena untuk rumah tangga stok gula nasional cukup," kata Rini, saat mengunjungi Pabrik Gula Toelangan, Sidoarjo Jawa Timur, Selasa (14/4).
Kini, ungkap dia, pemerintah sedang menyiapkan dua BUMN yaitu Perum Bulog dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk memiliki cadangan stok gula agar harga gula di pasar tetap terjaga. Untuk itu, Indonesia perlu belajar dari pengalaman dua tahun terakhir di mana harga gula benar-benar turun.
"Hal terpenting saat ini adalah bagaimana menjaga petani tetap untung," ujarnya.
Ia menjelaskan, biaya tanam dan budidaya tebu bisa tetap lebih rendah dibanding laba yang dihasilkan petani. Biaya tanam akan tertutup dan tetap dapat keuntungan. Jikalau untung, petani semakin semangat menanam tebu.
"Tanpa petani, pabrik gula BUMN tidak akan bisa berbuat apa-apa. Kunjungan kami ini juga bertujuan melihat kesiapan pabrik dan petani dalam memulai musim giling 2015 antara Mei atau Juni mendatang," katanya.
General Manager Pabrik Gula Toelangan Sidoarjo Jawa Timur, Benny Basuki Suryo, mengatakan, pihaknya tahun ini siap kembali memproduksi gula secara penuh setelah melakukan serangkaian perbaikan mesin pada tahun lalu. Kapasitas giling PG Toelangan adalah 1.300 ton tebu per hari.
"Pada tahun ini kami menargetkan bisa menggiling 229.000 ton," katanya.
Pada kesempatan itu, Direktur PTPN X, M Sulthon, mengemukakan, pada tahun ini PTPN X terus fokus dan melakukan berbagai upaya efisiensi, diversifikasi, dan optimalisasi. Strategi itu dipilih untuk meningkatkan kinerja perusahaan di tengah situasi industri pergulaan yang masih penuh tantangan.
"Contoh, harga gula tahun lalu yang turun drastis hingga ke kisaran Rp8.500 per Kilogram mampu mempengaruhi kinerja perusahaan. Apalagi harga gula tahun lalu di bawah tahun sebelumnya sebesar Rp9.500 per Kilogram atau melebihi Rp10.000 per Kilogram pada 2012," katanya.
Penurunan harga itu, kata dia, disebabkan penawaran yang berlebih karena rembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi. Oleh sebab itu pihaknya mendukung pemerintah untuk menertibkan peredaran gula rafinasi. Terkait upaya menyiasati penurunan harga gula, PTPN X banyak melakukan efisiensi untuk menekan biaya pokok produksi.
"Biaya pokok produksi gula di PTPN X berhasil ditekan menjadi Rp 5.758 per kilogram pada 2014 atau turun dibandingkan 2013 sebesar Rp 6.376 per kilogram. Biaya produksi gula kami termasuk yang terendah dan tahun ini kami ingin lebih rendah lagi," katanya.
Dengan menekan biaya produksi, lanjut dia, pihaknya masih bisa mendapatkan margin meski harga gula melemah. Bahkan, tahun ini PTPN X menargetkan produksi gula 538.000 ton gula dengan tingkat rendemen (kadar gula dalam tebu) delapan persen dan akan terealisasi melalui perluasan mekanisasi budidaya tebu. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...