Menteri ESDM: Ekspor Tambang dan Migas Dapatkan Benefit Lebih
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, di tengah pengaruh pelemahan rupiah saat ini, khusus di sektor pertambangan dan energi masih bagus dan mendapatkan benefit lebih karena harga jualnya menjadi lebih tinggi.
“Saya rasa ekonomi secara keseluruhan sedang menurun. Kalau sektor pertambangan dan energi ekspornya masih bagus, tentu mendapatkan benefit lebih kan karena yang dijual harganya lebih tinggi secara rupiah,” kata Sudirman Said kepada satuharapan.com di sela Rapat Kerja Komisi VII dengan Menteri ESDM di Komplek Parlemen, Jakarta, hari Rabu (26/8).
Meskipun demikian menurut Sudirman Said sektor tambang dan migas secara umum mengalami tekanan akibat pelemahan rupiah, tetapi pemerintah terus berupaya menemukan solusi guna meningkatkan pendapatan dari sektor pertambangan dan energi.
“Jadi bervariasi, tapi saya kira rata-rata (di sektor tambang dan migas) memang sedang mendapat tekanan. Itu yang mesti kita pikirkan bagaimana cari solusinya,” kata Menteri ESDM.
Rupiah Rentan
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan kurs rupiah rentan karena dana asing di perekonomian Indonesia besar.
"Dari dulu kita sudah rentan kalau soal kurs karena terlalu besar dana asing dalam ekonomi kita, di SUN bisa 38 persen, kalau dibandingkan Thailand hanya 13 persen," tutur Darmin Nasution di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, hari Selasa (25/8) seperti dikutip kantor berita Antara.
Ia mengatakan dana asing di saham bahkan jumlahnya lebih banyak hingga lebih dari 60 persen.
Dengan dana asing sebesar itu dalam perekonomian, ia mengatakan guncangan kecil pada perekonomian dapat mengganggu kurs rupiah.
Meski dana asing berdampak pada rentannya kurs rupiah, ia mengatakan Indonesia tetap membutuhkan dana tersebut untuk investasi dan lainnya.
"Tabungan kita juga kecil jadi perlu uang asing, bukan hanya investasi, tapi juga untuk beli SUN," ujar Menko Darmin.
Ia mengatakan saat ini pemerintah terus mendorong belanja modal sebagai salah satu upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pemerintah juga akan menarik investasi di proyek besar dari luar negeri, meskipun investasinya bukan berupa Penanaman Modal Asing (PMA), yang diyakini akan berdampak positif pada perekonomian Indonesia.
Suku Bunga Acuan
Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan gejolak ekonomi yang sedang terjadi di dunia saat ini diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengeluarkan keputusan terkait penyesuaian suku bunga acuan.
"Kita lihat sampai September ini, sampai pertemuan FOMC (Federal Open Market Comittee) masih ada gejolak. Makanya tugas kita menjaga, semoga dalam gejolak ini, kita bisa menjaga stabilitas ekonomi," katanya di Jakarta, hari Selasa (25/8).
Menkeu kembali menegaskan saat ini kondisi stabilitas ekonomi masih terkendali, dan seluruh indikator makro menunjukkan belum ada tanda-tanda terjadinya krisis, berbeda ketika terjadi krisis finansial pada 1998.
"Pertumbuhan kita masih positif di semester satu, masih 4,7 persen, `trade balance` juga surplus, `current account` turun defisitnya. Jadi kondisi makro masih bagus, belum lagi perbankan, NPL dan CAR dalam kondisi sehat. Kondisinya sama sekali berbeda dengan 1998," katanya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...