Menteri Jepang Kedua Kunjungi Kuil Yasukuni
TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Seorang lagi menteri Jepang mengunjungi kuil Yasukuni pada Minggu (20/10), dan mengatakan bahwa ia tidak berniat memanas-manasi negara tetangga yang memandang kunjungan itu menyakitkan karena mengingatkan akan kepedihan masa imperialisme Jepang.
Keiji Furuya, Menteri yang bertanggungjawab menangani urusan terkait penculikan warga Jepang oleh Korea Utara, berziarah ke kuil Yasukuni di Tokyo pada Minggu pagi, hari terakhir festival musim gugur di tempat suci tersebut, kata seorang ajudan.
Sekitar 160 anggota parlemen --mendekati 20 persen dari seluruh jumlah anggota-- memberikan penghormatan ke kuil tersebut pada Jumat, termasuk Yoshitaka Shindo, menteri urusan dalam negeri dan komunikasi, yang kunjungannya memicu kemarahan China.
Yasukuni tempat penghormatan bagi 2,5 juta korban perang dan merupakan titik api hubungan Jepang dengan negara Asia tetangganya, khususnya China dan Korea --yang berbeda pandangan mengenai hubungan sejarah yang amat buruk.
Kuil itu dipermasalahkan karena menjadi tempat penghormatan bagi 14 tokoh yang dipandang sebagai penjahat perang oleh negara tetangga.
"Ini sudah menjadi kewajiban bagi anggota parlemen -- untuk memberikan penghormatannya kepada orang-orang yang sudah membaktikan hidup mereka bagi bangsa dan negara dan untuk memperbaharui sumpah kedamaian abadi," kata Furuya dalam pernyataan singkat setelah mengunjungi Yasukuni di tengah hujan gerimis.
Ia mengatakan wajar bagi warga Jepang untuk mengunjungi kuil, dengan menambahkan bahwa ia sebelum ini juga berziarah pada upacara musim semi dan musim gugur untuk memperingati penyerahan Jepang pada Perang Dunia II, yang jatuh pada 15 Agustus.
"Saya sama sekali tidak berniat memanas-manasi negara tetangga sebagai tujuan utama," kata Furuya.
"Lebih jauh lagi, bagaimana sebuah negara menghormati jiwa para pahlawan dan korban perang yang membaktikan hidup mereka kepada negaranya, sejatinya adalah urusan dalam negeri yang harus dilakukan oleh para warga negara."
Ia mempersalahkan "liputan media yang berlebihan" atas kunjungan ke Yasukuni sehingga mengganggu kepentingan nasional Jepang.
Ia beralasan bahwa kuil dibangun bukan untuk "mengagungkan" perang.
"Ini lebih pada tempat bagi orang Jepang untuk berziarah dan memelihara penghiburan bagi keluarga dan rekan-rekan yang sudah membaktikan hidup bagi negara," tambahnya.
Ketika berbicara setelah ziarahnya pada Jumat, Shindo mengesampingkan potensi perseteruan diplomatik namun Beijing mengatakan hal itu adalah upaya untuk "menutupi" kesalahan masa lalu agresi Jepang dan utusan Toktyo telah dipanggil ke Kementerian Luar Negeri China untuk menerima protes.
Di Seoul, pejabat Kementerian Luar Negeri menyebut kuil itu memainkan peran sebagai "pembenar agresi Jepang".
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pekan lalu mengirim persembahan secara simbolis ke kuil itu, sebagai lambang bahwa ia tidak hadir ke kuil tersebut.
Abe, yang juga menjadi perdana menteri pada 2006-2007, telah menjaga jarak dari kuil itu sejak ia menjabat sebagai PM kembali Desember lalu, meskipun ia berziarah tahun lalu saat masih berada sebagai tokoh oposisi.
Laporan menyatakan bahwa adik laki-laki Abe, seorang pejabat senior di Kemenlu, Nobuo Kishi, berziarah ke kuil Yasukuni pada Sabtu. (AFP/Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...