Menteri Jepang Kunjungi Kuil Perang Kontroversial Yasukuni
TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Seorang menteri negara Jepang mengunjungi kuil perang kontroversial di Tokyo pada Minggu (20/4), sebuah aksi yang memicu kemarahan Tiongkok dan Korea Selatan yang menganggapnya sebagai simbol militer Jepang di masa lalu.
Keiji Furuya, pemimpin National Public Safety Commission (Komisi Keselamatan Umum Nasional/NPSC), mengunjungi kuil Yasukuni pada pagi menjelang festival musim semi tahunan yang berlangsung dari Senin hingga Rabu.
“Saya melakukan kunjungan hari ini, sehingga tidak akan mengganggu tugas resmi saya,” kata Furuya dalam sebuah pernyataan kepada media Jepang.
“Sangat umum bagi warga Jepang menyampaikan duka cita mendalam dan berdoa bagi jiwa orang-orang yang mengorbankan nyawa mereka untuk negara.”
Kuil Shinto yang berumur 145 tahun menjadi tempat bagi pasukan perang Jepang, termasuk beberapa pemimpin yang dikecam sebagai penjahat perang “Kelas A” oleh negara-negara sekutu yang dipimpin AS dan dieksekusi setelah Perang Dunia II.
Furuya, yang sering mengunjungi Yasukuni selama festival musim semi dan musim gugur tahunan dan saat peringatan menyerahnya Jepang pada 15 Agustus, adalah menteri kedua dalam kabinet Jepang yang pergi ke kuil tersebut pekan lalu.
Abe, yang dikenal dengan pandangan nasionalisnya, diprotes oleh Tiongkok dan Korea Selatan saat dirinya mengunjungi kuil tersebut pada Desember lalu saat hubungan Jepang dengan negara-negara tetangga menegang terkait sengketa teritorial dan perbedaan persepsi sejarah.
Bulan ini sebelum Keiji Furuya, seorang menteri kabinet Jepang juga mengunjungi kuil Yasukuni pada Sabtu (12/4).
Kontraversi Kuil Yasukuni berawal dari pemakaian kuil ini sebagai tempat persemayaman arwah sejumlah penjahat perang Jepang dari Perang Dunia II. Kuil ini mencatat semua nama tanpa prasangka. Semua orang dianggap sederajat tanpa memandang status sosial, jasa-jasa mereka semasa hidup, atau faktor-faktor lainnya.
Satu-satunya persyaratan untuk dapat diabadikan di kuil ini adalah meninggal dunia untuk Kekaisaran Jepang. Pemilik kuil merasa tidak ada alasan untuk tidak memasukkan orang-orang yang dihukum karena kejahatan mereka. Ikut dimasukkannya nama-nama penjahat perang Jepang menyebabkan ketegangan politik, terutama dengan China, Taiwan dan Korea Selatan yang berpendapat Jepang telah mengingkari semua kesalahannya semasa Perang Dunia II.
Pendukung Kuil Yasukuni berpendapat bahwa menolak memasukkan arwah penjahat perang ke dalam kuil ini berarti tidak mengakui masa dinas mereka untuk Kekaisaran Jepang, sekaligus mengingkari keberadaan mereka dan mengingkari mereka telah berbuat kejahatan atas nama Kaisar Jepang.
Kontroversi Kuil Yasukuni terus berlanjut tidak hanya setiap kali politikus Jepang datang berkunjung ke Kuil Yasukuni, melainkan juga ketika politikus non-Jepang datang berkunjung. (AFP/wikipedia.org)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...