Menuju Festival Film Dokumenter 2019
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Memasuki penyelenggaraan ke-18 Festival Film Dokumenter (FFD) 2019 yang akan digelar selama seminggu, Kamis (14/11) siang panitia FFD menggelar jumpa media menghadirkan Irfan R. Darajat (Programmer FFD 2019), Ukky Satya (Programmer FFD 2019), Henricus Pria (Direktur FFD 2019), dan Syifanie Alexander (Programmer FFD 2019) serta dipandu oleh Anas A. H. (Koordinator Komunikasi) di Ayaartta Malioboro Hotel (Hypnotize Coffeeshop), Jalan KH. Ahmad Dahlan No 123, Notoprajan, Yogyakarta.
Hingga saat ini FFD konsisten menjadi wahana bertemunya film-film dokumenter dari seluruh penjuru Indonesia maupun mancanegara. Tahun ini panitia FFD telah menerima total 286 film pendaftar. Setelah dilakukan seleksi terpilih 26 film dokumenter. Film-film tersebut dibagi sesuai kategorinya, yaitu kategori film dokumenter Panjang Indonesia, kategori film dokumenter Panjang Internasional, kategori film dokumenter Pendek, dan kategori film dokumenter Pelajar.
Penyelenggaraan FFD 2019 meliputi program pemutaran film, diskusi, dan edukasi turut dihadirkan oleh FFD sebagai ruang pengembangan dokumenter, medium ekspresi dan ekosistem pengetahuan. Secara keseluruhan terdapat 15 program yang disajikan dalam FFD 2019, meliputi: Kompetisi; Perspektif; Spektrum; Docs Docs; Focus on Canada; Focus on Korea; Layar Lebar, Layar Kekerasan; Lanskap; Etnografi Indrawi; The Feeling of Reality (VR); SchoolDoc; DocTalk; Public Lecture; Lokakarya Kritik Film; dan Le Mois du Documentaire.
Dalam jumpa media dijelaskan berbagai program yang akan dihelat selama 1-7 Desember 2019 di Taman Budaya Yogyakarta, IFI-LIP Yogyakarta, dan Kedai Kebun Forum. Malam penghargaan kompetisi film dokumenter akan diadakan pada Sabtu (7/11) bersamaan dengan acara Penutupan Festival.
Berikut beberapa program yang akan diselenggarakan selama FFD 2019 berlangsung:
Perspektif merupakan program utama non-kompetisi tahunan, di mana tahun ini mengangkat isu kesehatan mental yang terjadi di sekitar kita. Dengan tidak terpaku pada persoalan klinis semata, kami mencoba untuk menghadirkan beragam aspek dan pendekatan lain dalam mengkerangkai program ini melalui enam film pilihan berjudul, 48 years – Silent Dictator (2018), Anxiety of Concrete (2017), China Man (2019), dan Good Neighbours (2018).
Spektrum adalah program dokumenter animasi yang untuk pertama kalinya dihadirkan oleh FFD. Ada tiga film dokumenter panjang dan empat film dokumenter pendek, yaitu The Lipsett Diaries (2010), Still Born (2014), Apart (2018), The Neighbours (2019), The State Against Mandela and the Others (2018), Felvidek. Caught in Between (2014), dan Le Film de Bazin (2017).
Docs Docs: Short! adalah program yang berfokus tentang pencapaian melalui medium film pendek. Pada praktiknya film pendek seringkali penuh dengan eksperimen, kebaruan bentuk dan perspektif yang variatif. Kali ini, ada delapan film pendek dari Jepang, Indonesia, Polandia, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Focus on Canada: Pacific Standard Time akan membahas tentang produksi film di Kanada lewat pemutaran lima karya film berjudul Opening Day (2016), Television Spots (1991), T.W.U. Tel (1981), Einst (2016), Seeing in the Rain (1981).
Focus on Korea: Remapping South Korean Women Directors dirancang untuk memperkaya khazanah perfilman Korea Selatan. Selama ini nama-nama besar sineas Korea dikuasai oleh laki-laki. Lewat program ini, kami mengajak penonton untuk menyimak karakter-karakter film yang digarap oleh perempuan sutradara Korea Selatan, seperti East Asia Anti-Japan Armed Front (2019), Heart of Snow: afterlife (2018), The Strangers (2018), Optigraph (2017), The Unseen Children (2018), dan Sweet Golden Kiwi (2018).
Layar Lebar, Layar Kekerasan adalah program tiga tahunan yang menjadi bagian dari penelitian “Screening Violence: A Transnational Study of the Local Imaginaries of Societies in Transition from Conflict.” Penelitian ini merupakan kolaborasi lintas lembaga dari Aljazair, Argentina, Kolombia, Indonesia, dan Inggris. Sepanjang FFD 2019 ini, kami mengajak Anda menonton dan mendiskusikan pengalaman kekerasan dari Aljazair, Kolombia, Malaysia, dan Taiwan yang masing-masing berjudul Lettre á ma sœur (2006), Falsos Positivos (2009), The Tree Remembers (2019), dan Our Youth in Taiwan (2018).
DocTalk dan Public Lecture merupakan program dari agenda diskusi. Isu-isu yang diangkat tahun ini berangkat dari berbagai kegelisahan, mulai dari persinggungan film dengan negara dan pasar, film dengan produksi pengetahuan, hingga film dengan perubahan sosial. Dua program ini akan menjadi ruang temu atas berbagai gagasan yang eksploratif, imajinatif dan kreatif.
Selain enam yang tertulis di atas, masih terdapat empat DocTalk yang menjadi bagian dari program FFD.
SchoolDoc adalah ekshibisi yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan apresiasi film di kalangan pelajar. Pada tahun ini, Forum Film Dokumenter melalui Program SchoolDoc mengadakan lokakarya produksi film untuk pelajar SMA/sederajat yang mengangkat tajuk “Melacak Akar, Merekam Asal: Potret Diri” dan menghasilkan lima karya dari lima peserta yang diputar mulai tanggal 2-6 Desember 2019 tiap hari Senin-Jumat pukul 13.00 - 20.00 WIB.
Lokakarya kritik film hadir sebagai perwujudan dari agenda edukasi. Peserta akan menghadiri pemutaran film selama festival untuk menulis tentang film dan mendiskusikannya bersama mentor dan sesama peserta. Tahun ini dari 32 pendaftar, terpilih delapan peserta untuk bergabung dalam lokakarya selama lima hari penuh dari 2 - 6 Desember 2019. Tugas akhir para peserta akan diterbitkan dalam buku digital yang didesain oleh FFD.
Le mois du documentaire tahun ini akan akan membicarakan definisi kebahagian yang dikejar oleh kelompok masyarakat dari beragam latar belakang dan menjadi bagian pertarungan identitas. Isu tersebut akan disajikan lewat pemutaran empat film yaitu, To the Four Winds (Libre) (2018), Cassandro, The Exotico! (2018), Le Grand Bal (2018), dan Nofinofy (2019).
Informasi seputar pelaksanaan-penyelenggaraan Festival Film Dokumenter 2019 bisa diakses pada laman https://ffd.or.id/, akun instagram: @ffdjogja, twitter: @ffdjogja, facebook: Festival Film Dokumenter, atau bisa menghubungi langsung panitia FFD 2019 di sekretariat Jalan Prapanca Blok MJ I 1015, RT 054/RW 011, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta 55142, Indonesia dengan nomor kontak: +62 811 2642 672/+62 274 4292 457.
UMK Bekasi 2025 Sebesar Rp5,5 Juta
BEKASI, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi, Jawa Barat, menetapkan Upah Minimum ...