Qasidah Warnai Pesparani I Katolik Papua
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok Qasidah Az Zahra dari Masjid Raya Jayapura mewarnai acara pembukaan pesta paduan suara gerejani (Pesparani) I Katolik tingkat Provinsi Papua yang digelar di auditorium Universitas Cenderawasih (Uncen), Distrik Abepura, Kota Jayapura, Kamis (14/11).
Kelompok Qasidah itu tampil bersama dengan Paduan Suara Chatolik Choir Community Kota Jayapura yang disaksikan oleh sekitar 2.500 pasang mata yang berasal dari 14 kontingen atau perwakilan kabupaten/kota yang mengikuti kegiatan yang digelar dari 14-18 November 2019.
Mereka bernyanyi bersahut-sahutan mempersembahkan sejumlah lagu, masing-masing Bahasa Cinta, Perdamaian dan Pancasila Rumah Kita.
"Ini kali pertama, kami berkolaborasi dalam sebuah kegiatan rohani dan kami bahagia, karena inilah keberagaman yang sejatinya," kata Nurbaya, koreografer Qasidah Az Zahra dari Masjid Raya Jayapura.
Sebagai umat beragama yang hidup berdampingan di Tanah Papua, menurut dia, tidak perlu mempersoalkan perbedaan dalam beragama, tetapi menjalin kerukunan dan toleransi itu yang utama.
"Kami latihan hanya satu minggu jelang kegiatan, dengan personel 20 orang yang terdiri dari 14 perempuan dan 6 orang remaja laki-laki," ucap Nurbaya yang mengaku bangga ikut dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Sementara itu, Ketua Panitia Pesparani I Katolik tingkat Provinsi Papua, FX Mote mengatakan persembahan dari kedua kelompok seni itu, melihatkan atau menggambarkan pesan untuk menunjukan Papua sebagai tanah damai dan tetap hidup rukun, berdampingan antarumat beragama.
"Tema besar kegiatan ini adalah sukacita memuji Tuhan. Masyarakat dari seluruh agama di Papua menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan sehari-hari dengan damai," tuturnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Jayapura Frans Pekey menilai pelaksanaan pesta paduan suara gerejani Pesparani ini lebih menumbuhkembangkan dan memupuk rasa persaudaraan dan toleransi antarumat beragama.
"Kami bersyukur dengan ditunjuknya Kota Jayapura sebagai pelaksana Pesparani I Katolik, yang pertama bisa memupuk dan menyatukan persaudaraan umat Katolik dan semua agama yang ada di kota ini," katanya usai acara pembukaan Pesparani.
Apalagi, kata dia, sebagai ibu kota Provinsi Papua, Kota Jayapura merupakan kota heterogen baik dari suku, agama, ras dan golongan, hingga budaya, dan dengan adanya pelaksanaan Pesparani tersebut menunjukkan keberagaman di semua tingkatan.
"Dengan Pesparani ini menunjukkan keberagaman. Keberagaman bukan perbedaan tetapi menunjukkan kekuatan dan keharmonisan kehidupan umat beragama," katanya.
Pesparani I di Provinsi Papua diikuti oleh 14 dari 29 kabupaten/kota, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, Jayawijaya, Deiyai, Dogiyai, Nabire, Merauke, Asmat, Mappi, Biak, Yahukimo, Kepulauan Yapen dan Waropen.
Lomba Pesparani akan dilaksanakan pada empat lokasi yakni Gereja Kristus Terang Dunia Waena, LPMP Kotaraja, Gereja Pniel Kotaraja dan STFT Fajar Timur Abepura dengan 13 mata lomba.
"Nantinya pemenang dalam kegiatan ini akan diikutkan dalam Pesparani nasioanl II pada November 2020 di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur," katanya. (Ant)
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...