Menyerah atau Berserah?
”Ya, Aku hendak membuat membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara” (Yes. 43:19b).
SATUHARAPAN.COM – ”Angkat tangan!” Begitulah biasanya seruan seseorang yang menodongkan pistol kepada orang yang diperintahkan untuk menyerah. Sebagai tanda menyerah, orang yang ditodong itu harus mengangkat tangannya ke atas, dan tidak boleh melakukan aktivitas apa pun. Itulah makna ”menyerah”. Berhenti mengerjakan kegiatan apa pun.
Lain halnya dengan ”berserah”, apalagi ”berserah kepada Tuhan”. Karena Tuhan tidak menggantikan 100% pekerjaan, yang menjadi tugas kita. Tuhan memang memberikan pertolongan: berupa pengampunan, penghiburan, hikmat, hingga daya atau semangat. Namun, Ia tidak mengambil alih sepenuhnya peran manusia. Ia membukakan jalan. Bahkan Tuhan membuat jalan dalam keadaan yang sulit sekali pun, yang diibaratkan seperti padang gurun dan padang belantara.
Gamal Albinsaid adalah contoh seorang warga Indonesia, yang berhadapan dengan dua masalah yang membebani banyak warga urban perkotaan. Pertama, tumpukan sampah, dengan pelbagai pihak saling lempar tanggung jawab. Kedua, kemiskinan yang masih menggelayut di banyak orang sekitarnya. Gamal dengan empat orang sahabatnya mendirikan klinik asuransi sampah, yang menggerakkan jutaan orang untuk menyetor sampah rumah tangga sebagai premi asuransi sampah. Akhirnya, melalui kepedulian dan kedisiplinan (untuk memilah-milah sampah), setiap orang mendapatkan dana (kesehatan), justru dari barang-barang yang tadinya dianggap tak berharga, bahkan dibuang-buang.
Akhirnya, masyarakat sekitarnya mengembangkan wirausaha sosial yang berdasarkan pada kebaikan. Gamal pun di usia 25 tahun itu meraih segudang penghargaan nasional maupun internasional. Karyanya berupa klinik asuransi premi sampah, bahkan tersohor sampai ke Kerajaan Inggris. Lebih penting daripada itu, publikasi dari karyanya itu menopang arak-arakan besar untuk ikut pula menciptakan ”langit dan bumi baru”. Jalan baru dibukakan Tuhan ”di padang gurun dan padang belantara”, justru melalui pelbagai ”masalah” yang izinkan-Nya, bahkan masalah yang begitu rumit dan dijauhi manusia, seperti sampah.
Berserah itu berubah, mengubah, dan berbuah. Dengan berserah pada jalan yang diperhadapkan-Nya, kita justru dimampukan: berubah, mengubah, dan berbuah!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...