Merapi Keluarkan Wedhus Gembel, Jogja Hujan Abu
SLEMAN, SATUHARAPAN.COM – Gunung Merapi di perbatasan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Kamis siang sekitar pukul 13.03 WIB mengeluarkan asap tebal dan suara gemuruh serta mengakibatkan hujan abu dan pasir di sisi selatan timur.
"Tadi tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti suara helikopter, di puncak Merapi tampak embusan asap seperti wedhus gembel tapi berwarna lebih putih," kata Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman Heri Suprapto.
Menurut dia, pascasuara gemuruh tersebut kemudian disusul hujan abu dan pasir yang mengarah ke selatan timur.
"Sampai saat ini (pukul 15.00 WIB) hujan abu dan pasir masih berlangsung," katanya.
Ia mengatakan, untuk warga Desa Kepuharjo tidak ada yang mengungsi, karena selain warga sudah menempati relokasi di tempat yang lebih aman, juga karena arah hujan abu dan pasir ke timur dan selatan.
"Kalau di Kepuharjo aman, tidak ada warga yang mengungsi," katanya.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan, gunung api aktif di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, Merapi kembali mengeluarkan embusan gas disertai material vulkanik yang menyebabkan hujan abu di sejumlah wilayah.
Berdasarkan pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), embusan gas disertai material vulkanik tersebut terjadi pada pukul 13.12 WIB selama empat menit.
"Namun kami belum dapat memastikan ketinggian kolom asap embusan karena cuaca di puncak Merapi tertutup kabut," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandriyo di Yogyakarta, Kamis.
Hujan abu pascaeembusan tersebut dilaporkan terjadi di radius tujuh kilometer dari puncak gunung seperti di Kemalang Klaten Jawa Tengah dan di sejumlah wilayah di Kabupaten Sleman DIY. Selain embusan, lanjut dia, juga dilaporkan adanya suara gemuruh yang terdengar hingga radius tujuh kilometer dari gunung.
Menurut dia, embusan yang terjadi kali ini bukan termasuk dalam kategori letusan freatik melainkan disebabkan banyaknya kandungan gas di dalam gunung.
"Setelah terjadi embusan, kondisi Merapi kembali normal," kata Subandriyo yang berharap masyarakat tidak panik dan tidak mempercayai berita yang menyesatkan.
Subandriyo memperkirakan, fenomena embusan asap disertai material vulkanik masih akan terjadi di kemudian hari karena banyaknya kandungan gas di gunung yang terus menerus dilepaskan.
"Sifat Merapi pascaerupsi 2010 berubah. Saat ini, kandungan gas di gunung cukup tinggi sehingga akan terjadi embusan asap yang membawa material vulkanik," katanya.
Ia juga menegaskan, tidak ada aktivitas atau pergerakan magma ke atas yang menandai awal erupsi. "Kejadian ini juga tidak ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas Gunung Slamet. Status Merapi masih aktif normal," katanya.
Sementara itu, aktivitas pendakian ke Gunung Merapi juga tetap dibuka namun hanya diperbolehkan hingga Pasar Bubar. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...