Merayakan Natal dengan Peduli Lingkungan
KLATEN, SATUHARAPAN.COM Gereja Kristen Indonesia (GKI) Klaten tidak mendekorasi gereja mereka menggunakan gabus styrofoam untuk memeriahkan Natal. Jemaat di kota wilayah Jawa Tengah ini menggunakan bahan-bahan daur ulang. Ini sudah Natal ketiga menggunakan bahan daur ulang.
Pada Desember, permintaan gabus styrofoam meningkat drastis karena banyak gereja menggunakannya untuk dekorasi Natal. Bahannya yang ringan, mudah dipotong dan murah menjadikannya seksi dekorasi menyukainya. Namun, yang tidak disadari adalah dampak penggunaan styrofoam terhadap kesehatan dan lingkungan.
Jadi, panitia Natal menetapkan tema recycle (daur ulang) untuk dekorasi Natal. Sedapat mungkin, seksi dekorasi akan menggunakan bahan-bahan bekas dalam menghias gereja. Mereka memulainya dengan membuat pohon Natal yang terbuat dari majalah dan koran bekas.
Memasuki minggu adven pertama (empat minggu sebelum Natal), panitia menggalang partisipasi dari jemaat untuk membuat bunga-bunga dengan bahan dari koran atau majalah bekas. Bunga-bunga kertas ini kemudian ditempelkan pada jalinan bilah bambu yang membentuk corong/kerucut. Sebagai aksen, dililitkan bunga kertas krep berwarna merah. Lampu-lampu dipasang di dalam pohon.
Dekorasi pintu pun, panitia juga memanfaatkan bunga-bunga kertas ini untuk membentuk rangkaian wreath atau hiasan berbentuk lingkaran yang terbuat dari jalinan daun dan bunga. Pada masa adven, wreath biasanya dipasang di pintu-pintu sebagai simbol penantian kedatangan Tuhan (Adven artinya penantian).
Pada langit-langit, panitia menggantungkan juga menggantungkan hiasan bintang Betlehem yang juga terbuat dari koran dan majalah bekas. Dalam kisah kelahiran Kristus, ada sekelompok orang Majus dari Timur yang ingin menyembah Yesus. Mereka melakukan perjalanan yang sangat jauh dengan mengandalkan bintang besar sebagai navigator mereka. Bintang ini dikenal sebagai bintang Betlehem karena memandu orang-orang Majus hingga sampai di sebuah rumah di Betlehem, tempat tinggal Tuhan Yesus.
Demikian juga untuk pembuatan kadang binatang, tempat kelahiran Yesus. Panitia juga menggunakan bahan-bahan daur ulang. Untuk membuat patung bayi Yesus, Maria, Yusuf, dan para gembala, mereka menggunakan kardus bekas untuk membentuk badannya. Kemudian dibalut dengan kain. Untuk kepalanya, memanfaatkan bola plastik bekas. Untuk kandang domba, mereka memanfaatkan pipa-pipa kertas bekas, yang sebelumnya digunakan untuk menggulung kain. Kebetulan ada anggota jemaat yang memiliki toko kain.
Dengan bahan-bahan yang sederhana, namun dibumbui dengan kreativitas dan sentuhan seni, maka terciptalah dekorasi Natal yang artistik.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ibadah malam Natal, Selasa (24/12) di GKI Klaten tahun ini diselenggarakan sebanyak 3 kali yaitu pukul 17, 19:30 dan 22. Keseluruhan ibadah dilayankan oleh Pdt Phan Bien Ton yang mengambil tema Terang-Nya Menghidupkan.
Penambahan jam ibadah ini untuk memenuhi antusiasme jemaat yang makin bertambah setiap tahunnya sehingga membludak sampai di halaman gereja. Agar semua jemaat dapat ditampung di dalam gereja, maka panitia Natal memutuskan untuk menambah satu kali ibadah dari yang biasanya hanya dua kali pada malam Natal.
Ibadah berlangsung dengan tertib, khidmat, dan aman karena mendapat penjagaan dari Polres Klaten, Kodim, dan Banser NU.
Editor : Bayu Probo
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...