Mesir dan Ethiopia Memulai Perundingan tentang Bendungan Sungai Nil
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Mesir mengumumkan bahwa perundingan telah dilanjutkan mengenai bendungan besar yang kontroversial di Ethiopia, setelah bulan lalu setuju untuk mencapai kesepakatan setelah ketegangan yang terjadi selama bertahun-tahun antara kedua negara.
Selama bertahun-tahun berselisih mengenai masalah ini, Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, dan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, pada bulan Juli sepakat untuk menyelesaikan kesepakatan dalam waktu empat bulan.
Kedua pemimpin tersebut bertemu di sela-sela pertemuan puncak para pemimpin Afrika dari negara tetangga Sudan yang dilanda perang, yang berupaya mengakhiri konflik yang telah berkecamuk di sana selama lebih dari empat bulan.
“Putaran baru perundingan mengenai Bendungan Renaissance dimulai hari Minggu (27/8) pagi di Kairo, dengan partisipasi delegasi Mesir, Sudan dan Ethiopia,” kata Kementerian Sumber Daya Air dan Irigasi Mesir.
Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) yang bernilai US$4,2 miliar telah menjadi pusat perselisihan regional sejak Ethiopia memulai proyek tersebut pada tahun 2011, dan Mesir khawatir bendungan tersebut akan mengurangi porsinya di perairan Nil.
Pembicaraan saat ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang “mempertimbangkan kepentingan dan kekhawatiran ketiga negara,” kata Menteri Irigasi Mesir Hani Sewilam, dan mendesak “diakhirinya tindakan sepihak.”
Ethiopia mengumumkan pada bulan Juni bahwa pihaknya meluncurkan pengisian keempat waduk tersebut, meskipun ada keberatan terus-menerus dari Mesir dan kadang-kadang Sudan, keduanya berada di hilir Ethiopia di Sungai Nil.
Negosiasi yang berlarut-larut mengenai pengisian dan pengoperasian bendungan sejak tahun 2011 sejauh ini gagal menghasilkan kesepakatan antara Ethiopia dan negara tetangganya di hilir.
Mesir telah lama memandang bendungan itu sebagai ancaman nyata, karena negara itu bergantung pada Sungai Nil untuk 97 persen kebutuhan airnya.
Meskipun demikian, bendungan ini penting bagi rencana pembangunan Ethiopia, dan pada bulan Februari 2022 Addis Ababa mengumumkan bahwa mereka telah mulai menghasilkan energi pembangkit listrik tenaga air untuk pertama kalinya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...