Mesir, Demonstrasi Pro Ikhwanul Muslimin, 14 Meninggal
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Bentrokan antara pendukung Ikhwanul Muslimin dan polisi Mesir terus terjadi lebih dari dua bulan. Hari Sabtu (4/1), kementerian kesehatan setempat mengatakan bahwa 14 orang tewas dan 62 terluka dalam bentrokan di seluruh negeri pada hari Jumat (3/1).
Sebelumnya, sumber medis mengatakan kepada media di Mesir, Al-Ahram, bahwa 17 orang tewas dalam bentrokan di berbagai kota. Sumber keamanan menyebutkan 17 polisi terluka
Para pengunjuk rasa bergerak di Kairo, Alexandria, kota di Terusan Suez Ismailia, Fayoum dan Minya di Mesir bagian hulu, kata kementerian kesehatan Mesir .
Polisi mengatakan bahwa mereka menangkap lebih dari 258 pendukung Ikhwanul Muslimin, termasuk menyita beberapa bahan peledak dan senjata yang mereka miliki.
Bentrokan berlanjut sampai malam di kota Gisr El-Suez Street dan di kota Al-Talbiya daerah dekat piramida. Demonstran membakar ban, dan polisi menemmbakkan gas air mata.
Konfrontasi juga terjadi di banyak lokasi lain di sekitar ibu kota, Kairo, namun polisi berhasil membubarkan mereka lebih efektif. Di Nasr City keamanan dikendalikan dengan kehadiran polisi dalam jumlah besar, menurut sumber. Namun sebelumnya sebuah bus umum dan beberapa mobil hancur dalam kekerasan.
Demo di Al Azhar
Sementara itu, di Universitas Al Azhar, polisi menembakkan gas air mata pada mahasiswa di dekat kampus seperti diberitakan kata kantor berita negara, MENA.
Pendukung Ikhwanul Muslimin juga menguasai gedung Fakultas Pertanian di universitas itu dan membakar serta merusak lima kantor administrasi, seperti dilaporkan Al-Ahram.
Polisi juga menembakkan gas air mata pada hari Jumat sore ketika sekitar 300 demonstran pro - Ikhwanul diblokir Kairo jalan corniche dekat Pengadilan Tinggi di pinggiran selatan Maadi . Para pengunjuk rasa membalas dengan melemparkan batu .
Kekerasan juga terjadi di kota kedua Mesir, Alexandria, ketika ratusan anggota kelompok Islamis bentrok dengan warga sipil dengan menggunakan batu dan senapan angin. Pasukan keamanan membubarkan dan menangkap beberapa pengunjuk rasa.
Memboikot Referendum
Demonstrasi hari Jumat diserukan oleh Aliansi Nasional untuk Mendukung Legitimasi. Maksudnya adalah kepresidenan Mohammed Morsi yang digulingkan awal Juli lalu dan digantikan pemerintahan sementara. Mereka menyerukan demonstrasi terus-menerus sampai memboikot rencana referendum tentang konstitusi baru Mesir pada 14/15 Januari mendatang.
Demonstran adalah pendukung Ikhwanul Muslimin, organisasi dari mana Morsi berasal. Dan organisasi ini telah dinyatakan oleh pemerintah Mesir sebagai organisasi teroris. Pemerintah menuduh kelompok ini hubungan dengan serangan terhadap lembaga-lembaga negara dan gereja-gereja sejak penggulingan Morsi.
Aksi itu telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, dan terutama dilakukan pada hari Jumat seusai shalat Jumat.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri memperingatkan bahwa siapa pun yang mengambil bagian dalam protes pro Ikhwanul Muslimin setelah penetapannya sebagai organisasi teroris akan dihukum lima tahun penjara. Sedangkan para pemimpin protes mungkin menghadapi hukuman mati.
Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (3/2) sore telah menangkap 120 anggota Ikhwanul Muslimin secara nasional. Dan mengatakan bahwa mereka yang ditangkap dipersenjatai dengan bahan peledak, bom molotov, senjata api dan pisau. (ahram.org.eg)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...