Meski Diprotes, Ukraina Sepakati Kerja Sama Ekonomi dengan Rusia
KIEV, SATUHARAPAN.COM Di tengah-tengah munculnya protes besar atas penundaan perjanjian kerja sama perdagangan dan kemitraan dengan Uni Eropa, Perdana Menteri Ukraina justru mengumumkan adanya kesepakatan kerja sama ekonomi utama dengan Rusia.
PM Ukraina, Mykola Azarov, hari Jumat (6/12) malam mengatakan tentang kesepakatan ekonomi utama dengan Rusia sudah dekat. Hal itu terkait dengan sikap pengunjuk rasa di ibu kota, Kiev, akhir pekan, dan aksi protes yang terus berlangsung di tengah perdebatan politik di negara bekas bagian Uni Soviet itu.
"Kami berbicara tentang persiapan untuk kesepakatan besar tentang kemitraan strategis dengan Federasi Rusia," kata Azarov dalam pernyataan kepada wartawan, seperti dikutip RIA Novosti.
Masalah Gas
Sementara itu, Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, telah bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada hari Jumat di kota Rusia, Sochi, dalam perjalanan kembali dari kunjungannya ke China.
Namun tidak ada rincian penjelasan tentang pertemuan itu. Azarov mengatakan bahwa kedua presiden membahas peta jalan untuk penghapusan konflik perdagangan, dalam perselisihan tertentu atas pasokan gas.
Dmitry Peskov, juru bicara Putin, hari Sabtu (7/12) mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan tentang energi telah dicapai dalam diskusi itu, dan bahwa soal aksesi Ukraina ke Unit Bea Cukai belum dibicarakan.
Hari Sabtu, pemimpin oposisi Ukraina, Arseny Yatsenyuk, mengatakan bahwa dia memiliki informasi bahwa perjanjian kemitraan sudah tercapai dan Yanukovich berencana untuk menandatangani dokumen itu pada 17 Desember.
Peskov mengatakan sebelumnya bahwa pemerintah kedua negara akan bertemu pada tanggal tersebut di Moskow untuk berbicara kerja sama.
Rusia menuduh Ukraina belum membayar miliaran dolar AS atastagihan gas alam. Sementara Ukraina menyatakan bahwa dia harus membayar yang lebih tinggi untuk bahan bakar ketimbang negara-negara Eropa lainnya.
Ancaman Protes
Demonstrasi jalanan meletus di Ukraina bulan lalu setelah Kabinet menunda penandatanganan perjanjian perdagangan dan asosiasi dengan Uni Eropa. Sementara Rusia mendorong Ukraina untuk meninggalkan integrasi Eropa dan bergabung dengan Moskow.
Para pemimpin oposisi di Ukraina memperingatkan bahwa kesepakatan dengan Rusia bisa memberikan dorongan untuk demonstrasi baru.
"Jika Yanukovich mencoba untuk menandatangani apa pun dengan Rusia tentang serikat pabean (custom union), hal itu akan menyebabkan gelombang protes yang besar," kata Yatsenyuk kepada wartawan, hari Jumat.
Beberapa ratus pengunjuk rasa sekarang tinggal di tenda di Independence Square Kiev pada Sabtu pagi. Kawasan itu diduduki pengunjuk rasa terus menerus dalam beberapa pekan. Namu Azarov menuduh adanya sejumlah besar oang radikal di lapangan itu, dan memperingatkan pengunjuk rasa untuk menghentikan aski ilegal yang menghalangi kerja pemerintah .
Pemimpin oposisi dan mantan petinju kelas berat, Vitaly Klichko mengancam jika pemerintah menggunakan kekerasan terhadap demonstran, maka rakyat seluruh negeri akan bangkit. (ria.ru)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...