Michel Aoun, Penganut Kristen Maronit Presiden Baru Lebanon
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Legislator Lebanon akhirnya berhasil memilih seorang presiden setelah posisi itu kosong selama dua setengah tahun.
Pada hari Senin (31/10), Jenderal Michel Aoun, 81 tahun, diumumkan sebagai presiden Lebanon terpilih. Ia kemudian diambil sumpahnya.
“Lebanon masih melangkah di antara ranjau darat, namun masih diselamatkan dari api yang membakar kawasan ini,” kata Michel Aoun, seusai ia disumpah.
Aoun adalah seorang penganut Kristen Maronit, suatu persyaratan bagi posisi kepresidenan, sesuai dengan kesepakatan sistem politik di negara itu. Sedangkan posisi perdana menteri diberikan kepada Muslim Suni dan ketua parlemen diberikan kepada Muslim Syiah.
Kekristenan Maronit di Lebanon merujuk kepada jemaat Gereja Maronit di Lebanon, yang merupakan denominasi Kristen terbesar di negara tersebut. Kristen Maronit Lebanon diperkirakan mencapai 22 persen dari seluruh jumlah penduduk Lebanon.
Menurut sebuah perjanjian yang dikenal sebagai Pakta Nasional antara berbagai pemimpin politik dan agama di Lebanon, presiden di negara tersebut harus seorang Maronit. Dalam konteks Lebanon, khususnya politik, kelompok tersebut dipandang sebagai sebuah kelompok etno-religius.
Akar dari Kristen Maronit, sebagaimana dilansir dari Wikipedia, bisa ditarik dari sejarah Kekristenan, ketika para pengikut Yesus Kristus yang pertama menjadi dikenal sebagai "Kristen" di kota Yunani kuno Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:26). Kota tersebut menjadi pusat bagi umat Kristen - khususnya setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi. (Antiokhia adalah sebuah kota Yunani kuno yang sekarang berada di Provinsi Hatay, Turki).
Menurut tradisi Katolik, uskup pertamanya adalah Santo Petrus sebelum perjalanannya ke Roma. Uskup ketiganya adalah Bapa Apostolik Ignatius dari Antiokhia.
Antiokhia menjadi salah satu dari lima patriarki asli setelah Konstantinus mengakui agama Kristen.
Kristen Maronit yang mendapatkan nama dan identitas agamanya dari Santo Maron merupakan para pengikut yang bermigrasi ke wilayah Gunung Lebanon (sekarang Republik Lebanon) dari tempat tinggal mereka sebelumnya di seluruh wilayah Antiokhia. , Di Lebanon mereka mendirikan nukleus Gereja Maronit.
Terpilihnya Aoun mendatangkan tanda tanya karena ia didukung oleh kelompok Hizbullah. Padahal Hizbullah, kelompok milisi Syiah yang didukung Iran, dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS. Masih perlu dilihat seberapa berpengaruh nantinya Hizbullah dalam pemerintahan Lebanon.
Menurut sebuah artikel yang menggambarkan profilnya di International Business Times, Aoun dijuluki 'Jenderal' oleh para pengikutnya. Mantan petinggi militer ini diharapkan dapat membantu memperbaiki panggung politik yang retak di Lebanon, yang diganggu oleh sektarianisme dan pengaruh dari kekuatan asing, terutama Arab Saudi dan Iran.
Sementara jabatan presiden Lebanon dicadangkan untuk seorang Kristen, Sunni dan Syiah telah membentuk koalisi oposisi yang menghentikan kemajuan politik di negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Di antara partai-partai itu, adalah Sunni Future Movement yang didukung Arab Saudi dan Hizbullah yang didukung Iran.
Sejak Michael Suleiman meninggalkan posisinya sebagai presiden pada 2014, sudah ada 45 sidang parlemen diadakan untuk memilih presiden, tetapi tak kunjung berhasil.
Aoun lahir pada tahun 1935 di Harat Hreik, Beirut selatan. Pada usia 20, dia terdaftar di Akademi Militer di Beirut dan menerima pelatihan lebih lanjut di Prancis.
Pada tahun 1975, perang saudara pecah di Lebanon, menciptakan perpecahan sektarian berdarah di negara itu. Pada tahun 1982, Aoun adalah komandan pasukan Kristen dalam Angkatan Darat Lebanon dan akhirnya naik ke posisi teratas di angkatan bersenjata.
Pada tahun 1988 ia menajabat perdana menteri pada pemerintahan militer sementara. Sepanjang perang 15-tahun, Aoun berjuang sebagian besar pro-Suriah, Druze dan pasukan paramiliter Palestina.
Namun pada tahun 1989, Suriah dan pendukungnya mencapai pengaruh signifikan atas Lebanon dan tidak mengakui kekuasaan Aoun.
Ketika konflik berakhir dengan Perjanjian Taif pada 1989, Aoun merasa bahwa Suriah telah diberi terlalu banyak kekuasaan atas urusan Lebanon. Lalu Aoun menyatakan perang pembebasan melawan Suriah. Namun, AS justru mendukung Suriah sebagai imbalan dukungan Suriah melawan Irak dalam Perang Teluk.
Popularitas Aoun mulai berkurang saat ia berjuang bersama Pasukan Lebanon, suatu pasukan milisi Kristen. Militer Suriah kemudian unggul dan Aoun melarikan diri ke Prancis di pengasingan.
Di luar negeri, dia tetap populer di kalangan orang Kristen Lebanon dan warga Suriah lainnya, yang menentang aturan pro-Suriah di Lebanon.
Ia kembali ke Lebanon pada tahun 2005 setelah pembunuhan Perdana Menteri Rafik Hariri yang memicu demonstrasi besar-besaran menuntut penarikan tentara Suriah. Dia kemudian mendirikan gerakan Free Patriotic Movement.
Dalam sebuah langkah mengejutkan pada tahun 2006, Aoun bertemu dengan Sayyed Hassan Nasrallah, sekretaris jenderal milisi Syiah, Hizbullah, yang didukung oleh Iran. Kedua rival ini kemudian menandatangani Memorandum of Understanding antara Free Patriotic Movement dan Hizbullah, dan keduanya menjadi sekutu politik.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...