Migran Kristen di Jerman Sembunyikan Alkitab Agar Tak Disiksa
BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Anggota Parlemen Jerman, Erika Steinbach dan Pendeta berdarah Iran, Mahin Mousapour, menyerukan sanksi lebih berat bagi umat Islam yang melecehkan umat Kristen di kamp pengungsi di negara itu.
Seruan tersebut disampaikan pada konferensi pers hari Senin (8/8) yang diberitakan oleh berbagai media, termasuk breitbart.com, yang melansirnya Kamis (11/8).
Jumpa pers tersebut menyoroti fakta banyaknya pengungsi Kristen yang menderita kekerasan, pelecehan, dan ancaman kematian di penampungan. Mousapour mengkritik pemerintah Jerman 'terlalu banyak memberi rasa hormat' kepada pengungsi Muslim.
Ia mengatakan serangan kebencian oleh para anti-Kristen menghina nilai-nilai Jerman dan ia menganjurkan pemerintah mendeportasi migran yang menghina atau menyerang orang-orang Kristen.
Pada konferensi pers tersebut, Mousapour, yang menjadi Kristen lebih dari 25 tahun yang lalu, melaporkan bahwa orang-orang Kristen menghadapi berbagai bentuk penganiayaan di penampungan migran.
Mousapour memperingatkan bahwa orang Kristen yang tinggal di penampungan tersebut mengatakan mereka dianggap "tidak suci seperti anjing" dan patut dihukum mati karena menolak Islam.
"Mainan anak-anak Kristen dihancurkan, pengungsi Kristen diharuskan bukan hanya mencuci piring setelah makan, tetapi juga mereka harus membersihkan seluruh dapur karena kalau tidak akan 'haram'. Banyak pengungsi Muslim menyebut semua orang Kristen haram. Pelayanan kebaktian gereja terpaksa diadakan secara rahasia, Alkitab dan salib harus disembunyikan," jelasnya.
Mousapour, pendeta dari Gereja Injili, mengungkapkan mereka yang sudah berpindah agama jadi Kristen dan tinggal di luar tempat pengungsian, masih juga mendapat ancaman di jalanan.
Politisi Uni Demokratis Kristen itu menyebutkan bahwa kebencian anti Kristen merupakan serangan mengerikan terhadap nilai-nilaid asar dan konstitusi Jerman.
"Ini jenis kejahatan berat yang menurut saya lebih berat dari mencuri. Jika kita tidak melakukan apa pun tentang hal itu, kita akan kehilangan dasar negara ini, "tambahnya.
Steinbach menganjurkan deportasi terhadap umat Islam yang menyerang atau menghina migran Kristen atas dasar agama mereka.
Pengeritik kebijakan Kanselir Angela Merkel ini menyerukan agar Uni Eropa mendirikan kamp pengungsi di perbatasan luar Uni Eropa. Mereka diharapkan tinggal di sana sampai perang berakhir. Sesudah itu dikembalikan ke negara asal mereka.
Pendeta itu mengatakan dia merasa bahwa "salah paham toleransi" telah membawa Jerman menjadi terlalu hormat kepada Islam, seraya memberi contoh aturan tentang Ramadan sebagai bukti salah paham itu.
Selama bulan puasa, tempat penampungan migran di Jerman melayani jadwal makan Muslim sehingga pengungsi Kristen hanya menerima sisa.
Steinbach menyerukan sistem itu akan dirombak untuk tahun depan. Dia menyarankan penampungan migran tetap melayani waktu makan seperti biasa, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam sebagaimana lazimnya.
Mousapour berkomentar: "Kita di sini di Jerman, di negara Kristen! Kita tidak harus membiarkan orang lain untuk mengubah itu."
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...