Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:15 WIB | Kamis, 05 Desember 2024

Milisi Pro Iran Masuk Suriah dari Irak, Membantu Hadapi Serangan Pemberontak

Pejuang anti pemerintah Suriah mengendarai sepeda motor di kota Tal Rifaat di Suriah utara pada hari Minggu, 1 Desember 2024. (Foto: AFP)

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Ratusan pejuang dari milisi Irak yang didukung Iran menyeberang ke Suriah pada malam hari untuk membantu pemerintah melawan pasukan oposisi bersenjata yang merebut Aleppo pekan lalu, sumber Suriah dan Irak mengatakan pada hari Senin (2/12), dan Teheran berjanji untuk membantu pemerintah Damaskus.

Setidaknya 300 pejuang, terutama dari kelompok Badr dan Nujabaa, menyeberang pada hari Minggu malam menggunakan jalan tanah untuk menghindari penyeberangan perbatasan resmi, kata dua sumber keamanan Irak.

“Ini adalah bala bantuan baru yang dikirim untuk membantu rekan-rekan kami di garis depan di utara,” kata seorang sumber militer senior Suriah, seraya menambahkan para pejuang telah menyeberang dalam kelompok-kelompok kecil untuk menghindari serangan udara.

Konstelasi kelompok milisi regional sekutu Iran telah lama menjadi bagian penting dari keberhasilan pasukan pro pemerintah dalam menundukkan kelompok oposisi bersenjata yang bangkit melawan Presiden Bashar al Assad pada tahun 2011, dan mereka telah lama mempertahankan pangkalan di Suriah.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan pada hari Senin bahwa militer Suriah mampu menghadapi oposisi bersenjata tetapi, mengacu pada kelompok milisi regional yang didukung Teheran, ia menambahkan bahwa "kelompok perlawanan akan membantu dan Iran akan memberikan dukungan apa pun yang dibutuhkan."

Pemerintah Suriah dan pesawat tempur Rusia mengintensifkan serangan pada hari Senin di daerah yang dikuasai oleh pasukan bersenjata oposisi di barat laut, kata penduduk dan petugas penyelamat, termasuk serangan terhadap kamp pengungsi yang menewaskan tujuh orang.

Serangan kilat pekan lalu membuat banyak orang di wilayah tersebut tidak menyadarinya, memberikan pukulan terbesar bagi al Assad dalam beberapa tahun terakhir dan menyalakan kembali konflik yang tampaknya telah membeku selama bertahun-tahun setelah garis depan perang saudara stabil pada tahun 2020.

Meskipun Rusia fokus pada perang di Ukraina sejak 2022, Rusia tetap mempertahankan pangkalan udara di Suriah utara. Kelompok utama yang didukung Iran, Hizbullah Lebanon, telah berfokus pada perangnya sendiri dengan Israel sejak konflik Gaza dimulai tahun lalu.

Konflik Suriah meletus dalam pertentangan terhadap pemerintahan al Assad pada tahun 2011 dan kelompok oposisi bersenjata menguasai sebagian besar Aleppo dari tahun 2012 hingga 2016, ketika pasukan pemerintah merebutnya kembali dengan bantuan dari Rusia dan milisi yang didukung Iran dalam titik balik utama perang tersebut.

Setiap eskalasi yang berkepanjangan di Suriah berisiko semakin mengacaukan wilayah yang telah bergolak oleh konflik di Gaza dan Lebanon, dengan jutaan warga Suriah telah mengungsi dan dengan kekuatan regional dan global yang mendukung pasukan lawan di negara tersebut.

Kelompok oposisi bersenjata tersebut mencakup kelompok arus utama yang didukung oleh Turki, serta "Hayat Tahrir al-Sham" yang sebelumnya berafiliasi dengan al-Qaeda. Turki juga memiliki kehadiran militer di sebidang wilayah Suriah di sepanjang perbatasannya.

Pasukan pimpinan Kurdi yang disebut Ankara sebagai teroris, tetapi memerangi militan ISIS dengan bantuan Amerika Serikat, menguasai wilayah di timur laut.

Serangan Udara

Rusia, yang pada tahun 2015 terlibat dalam konflik tersebut dan mengubah keseimbangan militer secara meyakinkan untuk menguntungkan al Assad, terus mendukung presiden Suriah dan menganalisis situasi di lapangan, kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Pada hari Minggu, Moskow memberhentikan jenderal yang bertanggung jawab atas pasukannya di Suriah, menurut laporan para blogger perang Rusia.

Pemerintah Suriah mengatakan bahwa angkatan udara Suriah dan Rusia menyerang posisi yang dikuasai oposisi di pedesaan di sebelah timur kota Aleppo.

Organisasi penyelamat, White Helmets, dan penduduk di wilayah yang dikuasai oposisi di utara mengatakan bahwa pesawat tempur telah menyerang wilayah permukiman kota Aleppo dan kamp pengungsi di provinsi Idlib yang menewaskan tujuh orang, termasuk lima anak-anak.

Pemerintah mengatakan bahwa militer sedang berupaya mengamankan serangkaian kota yang direbut kembali dari pasukan oposisi bersenjata pada hari Minggu yang membentang di sepanjang garis depan di utara Hama, sebuah kota yang terletak di antara Aleppo dan ibu kota Damaskus.

Di Turki, pemimpin oposisi Suriah, Hadi al-Bahra, mengatakan kelompok oposisi bersenjata berusaha memaksa pemerintah Suriah untuk menerima transisi politik. "Kami siap untuk memulai negosiasi besok," kata al-Bahra dalam konferensi pers.

Sumber oposisi bersenjata dan seorang warga Aleppo mengatakan kelompok YPG Kurdi menarik diri dari distrik Sheikh Maqsoud di kota itu berdasarkan kesepakatan dengan pasukan oposisi bersenjata. YPG telah lama menguasai Sheikh Maqsoud.

Pasukan yang didukung AS dan dipimpin Kurdi di Suriah berusaha mengevakuasi warga Kurdi di beberapa bagian Aleppo ke daerah yang aman, kata kepala pasukan itu pada hari Senin (2/12), setelah faksi oposisi bersenjata pro Turki merebut kota tempat puluhan ribu warga Kurdi tinggal.

"Kami secara aktif berkoordinasi dengan semua pihak terkait di Suriah untuk memastikan keselamatan warga kami dan memfasilitasi relokasi mereka yang aman... ke daerah aman kami di timur laut negara itu," kata Mazloum Abdi, kepala Pasukan Demokratik Suriah (SDF), dalam sebuah pernyataan.

Sebuah pemantau perang Suriah mengatakan Minggu malam bahwa sekitar 200.000 warga Kurdi Suriah "dikepung oleh faksi-faksi pro Turki" yang mengambil alih kota Tal Rifaat dan desa-desa di dekatnya.

Komunikasi telah terputus di wilayah-wilayah yang mayoritas dihuni warga Kurdi, kata Syrian Observatory for Human Rights yang berpusat di Inggris, yang menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan "pembantaian" warga Kurdi.

Hal itu terjadi beberapa hari setelah kelompok "Hayat Tahrir al-Sham" dan sekutunya melancarkan serangan mendadak di Suriah barat laut, merebut sebagian besar wilayah dari pasukan pemerintah, termasuk kota kedua Suriah, Aleppo.

"Situasi di Suriah barat laut telah berkembang dengan cepat dan tiba-tiba, dengan pasukan kami menghadapi serangan-serangan hebat dari berbagai front," kata Abdi, panglima tertinggi SDF, dalam sebuah pernyataan.

“Setelah runtuhnya dan penarikan pasukan Suriah dan sekutunya, kami campur tangan untuk membangun koridor kemanusiaan antara wilayah timur kami, Aleppo, dan wilayah Tal Rifaat, dengan tujuan melindungi rakyat kami dari potensi pembantaian.

“Namun, serangan kelompok bersenjata yang didukung oleh pendudukan Turki telah mengganggu koridor ini.”

Abdi mengatakan meskipun ada serangan, “pasukan kami terus melawan untuk melindungi rakyat kami yang tinggal di lingkungan Kurdi di Aleppo.” (Reuters/AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home