Milisi Syiah Ancam Serang Kepentingan Amerika Serikat di Irak
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM – Milisi Syiah yang didukung Iran mengancam akan menyerang kepentingan Amerika Serikat (AS) di Irak jika AS tetap melanjutkan rencana serangan terhadap Suriah. Hal tersebut disampaikan Ulama Watsiq al-Batat, pemimpin milisi Mukhtar—sebuah milisi bayangan yang didukung Iran—dan beberapa pejabat Irak, Jumat (6/9).
Al-Batat mengatakan, pasukannya tengah mempersiapkan reaksi berupa penyerangan terhadap setiap kepentingan AS di Irak apabila AS dan sekutu-sekutunya melakukan serangan ke Suriah. “Kami telah berkoordinasi dengan Iran tentang masalah ini, namun saat ini kami tidak dapat mengungkapkan lebih jauh mengenai strategi yang akan kami gunakan dalam serangan nanti. Yang jelas kami akan selalu merespons terhadap serangan yang dilakukan AS dan sekutunya di Suriah dan setiap kelompok bersenjata memiliki tugas untuk melaksanakannya,” kata Al-Batat seperti dikutip AP.
Al-Batat sendiri adalah seorang perwira senior di Brigade Hizbullah Irak, yang diyakini didanai dan dilatih oleh Pengawal Revolusi Iran. Namanya mulai dikenal dunia internasional di awal tahun ini setelah ia dan kelompoknya mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan roket mematikan di daerah kamp perumahan – yang mayoritas dihuni pembangkang Iran penentang Republik Islam – di Baghdad
Ulama al- Watsiq Batat , yang memimpin Mukhtar Army , milisi yang didukung Iran bayangan , mengatakan pasukannya sedang mempersiapkan untuk reaksi yang kuat terhadap kepentingan AS dan negara-negara lain yang mengambil bagian dalam pemogokan Suriah . Dia mengklaim bahwa militan telah memilih ratusan target potensial , yang dapat mencakup kedua situs resmi Amerika dan perusahaan “ terkait dengan Amerika .”
Asaib Ahl al-Haq— faksi garis keras lainnya yang juga didukung Iran—menyatakan siap melakukan serangan mematikan terhadap pasukan AS dan sekutunya sebelum penarikan pasukan dari Irak. “Kepentingan negara-negara Barat tidak akan dapat diselamatkan dari serangan ini,” kata seorang pemimpin Asaib Ahl al-Haq.
Seorang pemimpin senior resmi Asaib Ahl al-Haq mengatakan, beberapa kelompok bersenjata di Irak telah sepenuhnya siap untuk merespons setiap serangan terhadap Suriah dengan menyerang kepentingan semua negara yang berpartisipasi dalam invasi tersebut. Ia juga mengatakan, milisi sedang menunggu instruksi dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengenai kapan saat uang tepat untuk menyerang dan metode serangan terbaik apa yang akan digunakan.
Pemerintah Irak sendiri secara resmi bersikap netral pada perang sipil Suriah dan menyerukan solusi politik yakni negosiasi. Kepemimpinan Syiah Irak telah meningkatkan hubungan diplomatik dengan Pemerintah Iran yang juga Syiah sejak invasi pasukan pimpinan AS pada 2003.
The Wall Street Journal kemarin melaporkan, Komandan Pasukan Quds (pasukan elit Garda Revolusi Iran) Jenderal Ghasem Soleimani telah memerintahkan seluruh milisi di Irak untuk mempersiapkan serangan terhadap semua kepentingan AS di Irak di mana salah satu target potensialnya adalah Kedubes AS di Baghdad.
Pemerintah Irak Siap Amankan Kepentingan AS di Irak
Seorang pejabat intelijen senior Irak mengatakan, pemerintah memiliki indikasi militan merencanakan respons terhadap kepentingan Amerika dan target lainnya, tetapi ia menolak untuk memberikan perincian target tersebut. Seorang pejabat intelijen Irak lainnya mengatakan, militan yang didukung Iran memiliki kemampuan untuk menyerang target seperti Kedutaan Besar AS dengan roket.
Ali al-Moussawi—juru bicara Perdana Menteri Nouri al-Maliki—mengatakan, Irak prihatin tentang kemungkinan serangan militer di Suriah dan reaksi untuk itu mungkin akan berimbas terhadap Irak dan kawasan Timur Tengah. Al-Moussawi sendiri tidak dapat memberikan perincian tentang ancaman terhadap Kedubes AS tetapi mengatakan pemerintah tetap mengambil serius dan bertanggung jawab melindungi misi diplomatik Amerika dan kepentingan-kepentingan AS lainnya di Irak. “Reaksi kami tegas, Pemerintah Irak tidak akan menoleransi setiap kelompok yang terlibat dalam serangan tersebut terhadap kepentingan AS di Irak karena hal tersebut merupakan agresi terhadap kedaulatan Irak,” kata Al-Moussawi.
Merespons ancaman yang akan muncul Departemen Luar Negeri (Deplu) AS merilis peringatan travel warning yang memperingatkan penculikan dan serangan teroris di Irak masih menghantui keselamatan warga AS di beberapa negara, terutama di Irak.
Peringatan tersebut tidak secara khusus menyebut risiko dari militan yang didukung Iran, meskipun tercatat peningkatan aktivitas banyak kelompok pemberontak yang melakukan kegiatan teroris dan kekerasan sektarian di beberapa negara sejak 2008.
Kekerasan di Irak telah meningkat sejak April, dengan lebih dari 4.000 orang tewas dalam serangan teroris selama lima bulan terakhir.
Ketegangan sektarian yang memicu kekerasan lebih diperburuk dengan terjadinya perang saudara di Suriah. Pemberontak Sunni di Suriah berjuang untuk menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad yang didukung Iran. (Alarabiya.net)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...