Militan ISIS Mau Bunuh Pekerja Kristen Malah Bertobat
AMMAN, SATUHARAPAN.COM – Christian Aid Mission (CAM) mengatakan bahwa militan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/Islamic State of Iraq and Syria/ISIS) menyamar sebagai pengungsi di beberapa kamp pengungsi PBB yang dioperasikan di Yordania. Mereka membunuh penentang mereka dan menjual gadis-gadis. Salah satu teroris seperti dilaporkan Christian Post, meninggalkan misinya untuk membunuh orang setelah melihat “kasih Kristen” di kamp-kamp itu.
“Militan ISIS datang sebagai pengungsi, tetapi mereka memiliki agenda mereka,” kata salah satu direktur CAM yang namanya tidak disebutkan. “Mereka seperti mafia. Orang-orang bahkan dibunuh dalam kamp, ââdan para pengungsi takut untuk mengatakan jika mereka melihat seseorang terbunuh. Jika Anda bertanya kepada mereka, mereka akan berkata, ‘Aku tidak tahu, aku tertidur.’”
Jutaan orang yang mengungsi dari Suriah dan Irak karena ingin melarikan diri perang saudara dan ISIS. Banyak saat ini ditempatkan di negara-negara tetangga, seperti Yordania, Turki, dan Lebanon, di kamp-kamp pengungsi, kata direktur itu.
“Terakhir kali saya masuk kamp, ââsaya ditemani polisi,” katanya. “Kamp-kamp berbahaya karena disusupi ISIS, milisi Irak dan milisi Suriah. Ini tempat lain untuk gang garis keras itu. Mereka membunuh dalam kamp-kamp, ââdan mereka membeli dan menjual wanita dan bahkan anak-anak.”
Militan ISIS di pengungsian pun menganiaya minoritas agama, termasuk Kristen. Dalam banyak kasus, mereka memaksa orang Kristen untuk masuk Islam atau dipenggal. Direktur itu mengatakan bahwa praktik itu terus dalam kamp-kamp tempat ISIS telanjur berakar.
Si direktur itu kemudian berbagi satu cerita tentang seorang militan ISIS dari Suriah utara datang ke salah satu kamp pengungsi Yordania dengan maksud untuk membunuh pekerja Kristen—tetapi ditinggalkannya rencananya setelah mendengar Injil dan “menyaksikan kasih dari orang-orang Kristen.”
“Awalnya, ia dicuci otak oleh para ulama radikal yang membuat pandangannya tentang agama Kristen sangat buruk. Namun, ia kemudian menghadapi kenyataan kontras dengan yang ia lihat di antara orang Kristen,” kata direktur itu. “Dan, kita berbicara tentang wilayah Yordania yang memiliki tiga masjid Salafi. Mereka membujuk orang-orang untuk berperang.” Begitu ia merasakan kasih Kristus melalui para pengikutnya, ia pun memilih untuk menjadi murid-Nya juga.
Militan itu tampaknya begitu antusias tentang iman barunya bahwa sang direktur harus “menenangkannya,” karena ia mulai menerima ancaman dari jihadis lain yang ingin membunuhnya karena meninggalkan Islam.
Steve Van Valkenburg, direktur CAM untuk Timur Tengah, sebelumnya mengatakan kepada The Christian Post pada September bahwa orang Kristen memiliki kesempatan dalam krisis pengungsi untuk menunjukkan kasih Kristus dan membuka pandangan mata.
“Saya berpikir bahwa banyak pengungsi melihat bahwa ada sesuatu yang berbeda di sana, mereka melihat umat Muslim saling bermusuhan, dan kemudian mereka melihat bagaimana orang-orang Kristen yang menjangkau dengan kasih dan kepedulian. Itu menyentuh hati mereka,” Valkenburg mengatakan kepada CP.
Dia menambahkan bahwa satu hal Kristen menunjukkan adalah bahwa mereka tidak hanya bekerja dengan amal, tapi “kami bekerja dengan Yesus Kristus. Kami tidak bekerja untuk membangun sebuah kerajaan duniawi.”
Ada kasus yang dilaporkan sebelumnya militan IS menjadi Kristen, seperti diceritakan pada Juni lalu. Si militan dilaporkan mengalami mimpi bertemu “orang berjubah putih,” yang katanya adalah Yesus.
Gina Fadely, direktur Youth With A Mission Frontier Mission, melaporkan kejadian tersebut saat itu, dan mengatakan bahwa pria itu mengaku membunuh sejumlah orang Kristen, sebelum mengalami mimpi dan memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus. (christianpost.com)
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...