Militer Ethiopia Berjanji Lenyapkan Pasukan Tigray
ADIS ABABA, SATUHARAPAN.COM-Militer Ethiopia berencana memasuki ibu kota regional Tigray, Mekelle, dan “melenyapkan” pasukan pemberontak, kata seorang pejabat tinggi militer pada hari Jumat (21/1) malam di tengah upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik di utara negara itu.
Negara Tanduk Afrika telah dicengkeram oleh perang selama lebih dari satu tahun, dengan militer federal dan sekutunya memerangi pasukan yang setia kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), partai politik yang mengendalikan Tigray.
Pekan ini dua diplomat tinggi Amerika Serikat terbang ke Addis Ababa untuk mendorong gencatan senjata, membangun tanda-tanda tentatif mencairnya hubungan antara pihak-pihak yang bertikai, termasuk pembebasan tahanan politik.
Dalam sebuah wawancara dengan outlet media yang berafiliasi dengan negara, Fana, yang disiarkan pada Jumat malam, wakil kepala tentara Pasukan Pertahanan Ethiopia (EDF), Jenderal Abebaw Tadesse, mengatakan negara itu tidak akan damai sampai TPLF dilenyapkan.
“Tigray adalah bagian dari Ethiopia dan tidak ada kekuatan yang akan menghentikan kami untuk masuk. Kami akan masuk dan kami akan melenyapkan musuh. Seharusnya tidak ada kebingungan tentang ini,” katanya.
“Orang-orang Etiopia seharusnya tidak berpikir bahwa ini sudah berakhir, ini belum berakhir. Hal utama di sini adalah kami berhenti karena kami harus mempersiapkan diri. Musuh ini masih ada, dan harus benar-benar dimusnahkan. Kami tidak akan bernegosiasi dengan mereka.”
Juru bicara TPLF, Getachew Reda, tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar atas pernyataan pejabat militer tersebut.
Juru bicara pemerintah Ethiopi, Legesse Tulu, dan juru bicara Perdana Menteri Abiy Ahmed, Billene Seyoum, tidak segera menanggapi permintaan komentar.
TPLF mengatakan Abiy ingin mengakhiri sistem pemerintah federal berbasis etnis di negara itu sementara Abiy mengatakan TPLF lapar untuk merebut kekuatan nasional yang pernah dipegangnya.
Selama berbulan-bulan telah terjadi kebuntuan yang tidak nyaman antara kedua belah pihak, diselingi oleh pertempuran sporadis. Pasukan TPLF menguasai sebagian besar Tigray tetapi dikelilingi oleh pasukan musuh dari daerah tetangga Afar dan Amhara yang bersekutu dengan militer federal.
Konflik, yang pecah pada November 2020, telah membuat jutaan orang mengungsi dan memicu kelaparan yang meluas.
Dalam beberapa bulan terakhir ada beberapa upaya diplomatik dan politik untuk mengakhirinya, termasuk tekanan dari Amerika Serikat yang mendorong pemulihan hubungan antara kedua belah pihak. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...