Militer Mesir Ajak Rakyat Berpawai untuk Dukungan Rekonsiliasi Nasional
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Rakyat Mesir yang mendukung menggulingkan Presiden Mohammed Morsi terus mengadakan pawai menyusul ajakan Panglima Militer Mesir untuk menindak para pembangkang. Pawai terutama dilakukan pada Jumat besok.
Sementara itu, ribuan pendukung Morsi di bagiani Kota Nasr pada hari Kamis kembali menyuarakan permintaan yang telah berminggu-minggu mereka lakukan untuk memulihkan Morsi dari jabatan presiden yang dicopot pada 3 Juli lalu. Sebagian dari mereka berkumpul di masjid al-Azhar.
Situs Aljazeera melaporkan bahwa para pemrotes menyerukan agar Imam Besar masjid tersebut, Ahmed el-Tayeb, untuk pergi, karena dia telah menerima peta jalan untuk Mesir di bawah Presiden Sementara, Adly Mansour.
Memberi Mandat
Pada hari Rabu (24/7) Panglima Militer Mesir, Jenderal Abdel Fattah El-Sisi menyerukan agar semua rakyat Mesir ikut dalam pawai untuk menghadapai apa yang dia sebut sebagi “kerasan dan potensi terorisme" yang akan dilakukan pada besok Jumat.
Dalam sebuah pidato pada para lulusan akademi militer, dia juga membantah tuduhan bahwa dia telah mengkhianati presiden terguling, Mohammed Morsi. "Saya minta, berikutnya pada Jumat mendatang, semua orang Mesir yang jujur ââdan dapat dipercaya untuk keluar dan bergabung," kata Sisi.
"Mengapa keluar? Mereka datang untuk memberikan mandat dan agar saya menghadapi kekerasan dan potensi terorisme," kata dia menegaskan.
Di tempat lain, Sisi bersumpah untuk tetap berpegang pada roadmap politik yang meletakkan jalan bagi reformasi konstitusi dan pemilu baru dalam waktu sekitar enam bulan ke depan.
Dia menyatakan bahwa permintaannya itu untuk melalukan protes bukan ajakan untuk kekerasan, melainkan menyatakan dukungan untuk upaya rekonsiliasi nasional. Dan militer bereaksi segera dengan menyatakan keadaan waspada.
Ahmed Al-Meslemani, penasihat media Presiden Mansour, juga menggemakan panggilan tersebut. Dia meminta orang-orang untuk turun ke jalan untuk melindungi "legitimasi revolusioner" dan mendukung upaya untuk "memerangi terorisme".
Sementara itu, Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin) bereaksi cepat atas seruan itu. Anggota senior Essam al-Erian, mengeluarkan pernyataan yang diarahkan pada Jenderal Sisi. Dia mengatakan, "Ancaman tidak akan mencegah jutaan orang untuk melakukan pawai memprotes kudeta. Anda selalu di kantor melakukan persekongkolan.”
Oposisi koalisi Islam Mesir yang dipimpin Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa Sisi harus diadili, karena kejahatan terhadap kemanusiaan dengan menyerukan pawai pada hari Jumat, yang mereka katakan sebagai "sebuah pengumuman perang saudara".
Negara Waspada
Keadaan siaga mulai dilakukan di Mesir, termasuk pasukan tentara tambahan yang ditempatkan di jalan-jalan di provinsi-provinsi di Kairo. Sumber yang sudah dikonfirmasi mengatakan bahwa pasukan bersenjata itu akan bekerja untuk mencegah upaya yang "menghasut kekerasan atau terorisme".
Pidato Panglima Militer itu disampaikan menjelang pertemuan rekonsiliasi nasional yang disebut oleh Adly Mansour. Namun kemudian terjadi kekerasan baru di luar ibu kota, Kairo, di mana dilaporkan ada tiga orang tewas.
Dua kelompok, yaitu Ikhwanul Muslimin dan Al-Nour, Partai Salafi yang paling kuat di Mesir, menyatakan menolak undangan untuk datang pada sesi pertama rekonsiliasi nasional yang digelar Mansour. Menurut Ikhwanul Muslimin, presiden Mesir yang sah adalah Mohammed Morsi.
Sejak pencopotan Morsi dari kursi kepresidenan, lebih dari 100 orang tewas dalam insiden kekerasan, terutama selama protes berlangsung.(aljazeera.com)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...