Minggu Palma: Kisah Kepercayaan
Para murid taat karena percaya.
SATUHARAPAN.COM – Kisah Minggu Palma dimulai dengan sebuah perintah: ”Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya” (Mat. 21:2-3). Dan penulis Injil mencatat: ”Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka” (Mat. 21:6).
Menarik disimak, kedua murid itu berbuat seperti yang ditugaskan Yesus. Mereka agaknya paham hubungan antara guru dan murid. Mereka tidak menawar-nawar perintah itu. Mereka melakukan perintah itu tanpa syarat! Mengapa? Karena mereka menyadari status kemuridan mereka. Dan sebagai murid, mereka harus menaati kehendak Sang Guru.
Murid memang harus mendengarkan gurunya. Demikian pulalah yang ditekankan Yesaya: ”Setiap pagi Ia membangkitkan hasratku untuk mendengarkan ajaran-Nya bagiku” (Yes. 50:4, BIMK). Murid semestinya mendengarkan perintah guru, karena di dalamnya juga tersirat ajaran. Inilah relasi yang wajar antara guru dan murid. Persoalan relasi menjadi penting di sini. Karena tak sedikit orang, zaman sekarang ini, dengan alasan kemajuan zaman, mulai menggugat aturan umum yang berlaku antara guru dan murid. Tak jarang pula murid yang meragukan ucapan gurunya.
Nah, ketika murid-murid Yesus pergi untuk menjalankan perintah Yesus, di samping ketaatan yang menjadi dasarnya, dasar yang lain adalah kepercayaan. Kepercayaan bahwa Yesus sudah menyiapkan segala sesuatunya. Kepercayaan bahwa Yesus tidak akan mencelakakan mereka.
Bukankah tindakan melepaskan keledai milik orang lain bisa dianggap pencurian? Dan benar, sebagaimana catatan Lukas, Sang Pemilik bertanya, ”Mengapa kamu melepaskan keledai itu?” (Luk. 19:33). Untunglah mereka sudah menyiapkan jawabannya. Sekali lagi, ketaatan di sini bukanlah ketaatan buta, tetapi ketaatan karena percaya. Dan itulah sifat yang dituntut dari seorang murid.
Menarik pula disimak, pemilik keledai itu pun percaya bahwa ”Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya” (Mat. 21:3). Kalau tidak, tentu dia tidak akan meminjamkan keledai tersebut. Dan karena kepercayaan Si Pemilik keledai itu, kita pun bisa mendengar seruan: ”Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!” (Mat. 21:9).
Kisah Minggu Palma sejatinya memang kisah kepercayaan!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Duta Besar: China Bersedia Menjadi Mitra, Sahabat AS
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China bersedia menjadi mitra dan sahabat Amerika Serikat, kata duta besar C...