Minyak Melonjak karena Fed Berhati-hati Tentang Suku Bunga
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Harga minyak dunia melonjak pada Rabu (Kamis 19/3 pagi WIB), karena pernyataan hati-hati Federal Reserve mengimbangi data yang menunjukkan peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah AS.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 1,20 dolar AS (sekitar Rp 15.656) menjadi 44,66 dolar AS (sekitar Rp 582.410) per barel setelah sebelumnya jatuh ke terendah baru dalam enam tahun terakhir.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik 2,40 dolar AS (sekitar Rp 31.202) menjadi 55,91 dolar AS (sekitar Rp 726.885) per barel di perdagangan London.
Harga minyak mentah melonjak setelah pernyataan The Fed pada pukul 18.00 GMT, yang mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi AS telah "agak moderat" sejak Januari.
The Fed menghapus janji untuk tetap "bersabar" pada peningkatan suku bunga, menandakan kenaikan suku bunga federal funds pada pertengahan tahun tetap mungkin, setelah mempertahankan suku bunga pada tingkat nol selama lebih dari enam tahun.
Tetapi bahasa lain dalam pernyataan The Fed menegaskan bahwa bank sentral tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga, mengirimkan dolar lebih rendah.
"Sepertinya ada sedikit keragu-raguan tentang kapan The Fed akan menaikkan suku bunga," kata Gene McGillian, pialang dan analis di Tradition Energy.
McGillian mencatat bahwa dolar yang kuat telah menjadi faktor dalam penurunan jangka panjang harga minyak, yang telah jatuh sekitar 60 persen sejak Juni tahun lalu. Minyak diperdagangkan dalam dolar.
Pasar minyak telah menghabiskan sebagian besar sesi di wilayah negatif, di tengah kekhawatiran tentang membanjirnya pasokan global, diperparah oleh peningkatan mingguan ke-10 berturut-turut dalam persediaan minyak mentah AS.
Data dari Departemen Energi AS menunjukkan stok minyak mentah AS melonjak 9,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 13 Maret, membawa persediaan ke tingkat tertinggi setidaknya dalam 80 tahun terakhir.
Laporan menunjukkan produksi AS juga naik, sebesar 0,6 persen pada minggu tersebut menjadi 9,4 juta barel.
"Seharusnya ada beberapa respon pasokan di beberapa titik, tapi tampak belum ada," kata John Kilduff, mitra pendiri Again Capital. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...