Miss Amerika Dikuatkan Mazmur Saat Berjuang Lawan Anoreksia
SATUHARAPAN.COM – Pemenang Miss Amerika 2008, Kirsten Haglund mengaku pernah berjuang keras melawan penyakit anoreksia yang dia derita, sebelum akhirnya dia membaca Alkitab secara rutin dan terpikat dengan kitab Mazmur di Perjanjian Lama.
Menurut Christian Post, hari Sabtu (3/9), dia membagi pengalamannya tersebut dalam video yang berjudul “I am Second” (saya yang kedua).
Anoreksia, dalam catatan Wikipedia, adalah sebuah gangguan kesehatan yang ditandai penolakan dari tubuh terhadap makanan yang masuk karena penderita tersebut ingin mempertahankan berat badan yang sehat, di sisi lain memiliki rasa takut berlebihan mengalami kenaikan berat badan.
Haglund memenangkan Miss America saat dia masih berusia 19 tahun. Perempuan kelahiran 1988 itu kini memiliki yayasan sendiri Kirsten Haglund Foundation.
Yayasan tersebut memfokuskan membantu secara keuangan bagi orang yang memiliki penyakit eating disorders yakni penyakit kesulitan menerima asupan makanan tertentu.
Dia menjelaskan “I am Second” adalah video yang menampilkan dirinya yang berjuang melawan makanan, tentang kehilangan berat badan, selain itu dalam video tersebut dia berusaha menciptakan tipe tubuh yang diinginkan. “Selain itu video ini membahas lebih banyak dari itu,” kata dia.
Haglund menceritakan perjalanannya hidupnya dalam dunia seni dimulai saat menggemari balet pada usia dini, kala itu dia menyadari dunia seni terutama menari dapat menjadi tujuan hidupnya.
Kehidupan Haglund mulai tidak tenang di usia 12 tahun, dan dia menjadi sosok yang mudah gugup terutama saat ibunya didiagnosa menderita kanker payudara, menurut kakaknya, sejak ibunya didiagnosis tersebut Haglund mengalami OCD (Obsessive Compulsive Disorder).
Menurut Wikipedia, OCD adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran mengganggu yang menghasilkan kegelisahan, ketakutan, atau kekhawatiran. Biasanya penderitanya melakukan pemeriksaan atas tindakan yang telah dia lakukan secara berulang-ulang.
Di tengah perjuangannya melawan OCD, Haglund memutuskan untuk menjadi penari balet profesional karena dia tahu balet dapat membuatnya menjadi pribadi yang tenang. Haglund yang awalnya merasa tenang dengan balet, merasa ada dorongan dalam dirinya untuk membentuk fisik secara sempurna mulai dari menambah jam latihan hingga memperhatikan pola makan secara berlebihan.
“Untuk pertama kalinya saya berpikir apa yang seharusnya saya makan,” kata dia.
“Mungkin saya harus diet,” dia menambahkan.
Dia berpikir demikian karena apa yang ada di majalah busana merupakan acuannya, dia terobsesi dengan banyak peragawati dan perempuan masa kini yang menurut dia dituntut menurunkan berat badan hingga beberapa kilogram.
Dalam angan-angan Haglund, menjadi balerina (penari balet) sama artinya dengan memiliki berat badan yang ideal. “Saat itu saya hanya berpikir saya telah dewasa secara fisik namun saya belum dewasa secara pemikiran sehingga saya selalu berpikir bagaimana untuk diet dan mendapat berat badan yang ideal,” kata dia.
Haglund memutuskan melewatkan makan siangnya demi mendapat berat badan ideal. Saat-saat awal melewatkan makan siang dia merasa hal tersebut sangat melegakan, namun lama kelamaan dia mulai membuat aturan-aturan yang memberatkan dirinya sendiri seperti makanan yang harus dimakan dan tidak dikonsumsi.
Saat dia berusia 15 tahun dia merasa mulai mengidap anoreksia. Haglund mulai sering dirundung kecemasan, dia mendeskripsikan kecemasan tersebut seperti sebuah penyiksaan.
Orang tua Haglund membawa dia ke dokter yang menyatakan Haglund mengidap anoreksia. Suatu hari saat Haglund berlari di atas treadmill tanpa disertai asupan makanan yang cukup, Haglund berlatih terlalu keras sehingga ia hampir pingsan dan terjatuh. “Saya rasa itu sangat menakutkan,” kata dia.
Haglund kemudian merasa tidak enak badan karena dia merasa mual dan muntah sehingga makanan yang telah dia konsumsi malam sebelumnya keluar dalam keadaan utuh. “Saya merasa jijik karena makanan keluar dari perut saya, rasanya seperti gunung berapi yang meletus dari perut ini,” kata dia.
Haglund mulai jalan menuju pemulihan, dia sempat putus asa, karena dalam masa muda dan dalam kondisi kesehatan prima sebenarnya dia masih ingin melakukan hal-hal yang disukai anak muda pada umumnya seperti berpesta, makan dan minum sepuasnya. "Itu saat itulah aku benar-benar menyadari bahwa saya ingin berubah,” kata Haglund.
Haglund tidak menyebut nama teman yang memberinya sebuah buku, dalam buku tersebut menyarankan kepada orang yang memiliki segala sakit penyakit agar membaca Alkitab, khususnya Kitab Mazmur.
Haglund kemudian perlahan-lahan mulai membaca Mazmur, dia terkesan dengan kitab tersebut. “Mazmur Daud bagi saya begitu indah, kaya dan menjadi nyata, rasanya seperti melompat dari halaman dan kemudian rasanya saya terharu dan menangis,” kata dia.
Haglund menyadari beberapa tahun kemudian bahwa dengan menggumuli Firman Tuhan, beban yang dan ketakutan dalam hati hilang, selain itu dengan berpegang kepada Alkitab lebih membuatnya percaya diri menatap masa depan.
Dia menyadari dengan membaca Mazmur, Yesus Kristus sangat mencintai dia, karena Yesus Kristus rela meninggal dunia di kayu salib dan mengangkat kekhawatiran tentang hidup manusia. “Melalui hubungan saya dengan Kristus, saya memahami identitas saya sebagai anak Yesus Kristus,” kata Haglund. (christianpost.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Cara Merawat Kulit Bayi Menurut Dokter
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis kulit dari Rumah Sakit Polri Said Soekanto Jakarta memba...