MSF: Kekerasan Atas Penduduk Sipil, Staf Medis, dan Fasilitas Kesehatan Harus Dihentikan
PARIS/HONG KONG, SATUHARAPAN.COM Pertikaian, hukuman mati tanpa pengadilan, dan rentetan kekerasan masih terus berlangsung di Bangui. Médecins Sans Frontières (MSF, Dokter Lintas Batas) dalam siaran pers pada Selasa (31/12) menyatakan situasi ibukota Republik Afrika Tengah itu tidak terkendali meski pasukan internasional sudah tiba di situ.
Tim MSF bekerja pada beberapa program medis dan bedah di dalam kota dan telah membantu lebih dari seribu korban kekerasan sejak awal Desember. Sekitar 15-20 orang terluka tiba setiap hari di pusat kesehatan Castor, tempat tim MSF telah merawat sebanyak 343 korban kekerasan sejak 7 Desember. Tim MSF merawat 15 hingga 20 pasien luka-luka per hari dan menyediakan layanan untuk 648 korban kekerasan sepanjang 2 hingga 27 Desember di Hôpital Communautaire, rumah sakit komunitas. Sekitar 428 pasien dirawat di rumah sakit, 368 di antaranya terkena luka tembak dan 128 luka akibat parang.
Kami menerima semakin banyak pasien dengan cidera serius di Hôpital Communautaire beberapa hari terakhir, kata Laurent Sury, koordinator darurat MSF di Bangui.
Orang-orang datang dengan luka akibat parang di kepala, tangan, dan lengan. Mereka terluka saat tengah berupaya membela diri. Kami juga menjumpai orang-orang yang ditusuk, ada yang ditusuk beberapa kali, di bagian perut, serta orang-orang yang telah dipukuli atau disiksa dengan sangat brutal. Bahkan ada satu kasus korban ditikam dengan sula. Sebagian besar korban adalah laki-laki muda.
Fasilitas kesehatan juga terkena dampak kekerasan, sehingga menghambat bantuan medis. Seorang laki-laki bersenjata masuk ke apotik MSF di bandar udara Bangui pada tanggal 24 Desember, dan di hari yang sama seorang laki-laki yang bersenjatakan granat masuk ke Hôpital Communautaire. Pada tanggal 25 Desember, tembakan terjadi dan banyak orang bersenjata berada di sekitar Hôpital Communautaire, tiga di antaranya masuk ke gedung, dan tim yang berada di sana harus dievakuasi sementara dari rumah sakit.
Pada tanggal 29 Desember, ambulans Kementerian Kesehatan dihentikan dan staf ambulans diancam dengan kekerasan, mempersulit mereka saat hendak mengangkut korban terluka. Di hari yang sama, orang-orang bersenjata kembali ke Hôpital Communautaire dengan maksud membunuh beberapa pasien, sementara staf Kementerian Kesehatan diancam. Meski situasinya mereda di akhir setiap kejadian, keamanan para pasien telah berulang kali diancam.
Kepala Misi MSF di Bangui, Thomas Curbillon, mengatakan bahwa atmosfirnya semakin menegangkan setiap kali ada kunjungan dari para penyerang yang semakin agresif dan marah.
Sangat tidak bisa diterima bahwa fasilitas kesehatan tidak dihormati dan dimasuki oleh orang-orang bersenjata yang merupakan sebuah ancaman terhadap para pasien dan staf. Situasi tidak aman dan baku tembak di beberapa daerah, terutama di sekitar rumah sakit, menghambat pergerakan semua orang. Ini menghambat upaya kami dalam menjangkau orang-orang yang terluka, dan juga menghambat para pasien yang hendak mencari layanan medis. Mereka yang sakit dan terluka tidak punya akses yang aman dan cepat untuk mendapatkan layanan medis yang mereka perlukan, saat mereka memerlukannya. Kata Thomas Curbillon.
MSF telah meminta agar kekerasan terhadap pasien dan staf medis yang bekerja di fasilitas layanan kesehatan di Bangui segera diakhiri pada 9 Desember lalu. MSF menyerukan kembali hal serupa pada 31 Desember. MSF meminta semua pihak yang terlibat konflik di Republik Afrika Tengah membolehkan mereka yang sakit dan terluka mendapat layanan medis yang mereka butuhkan. MSF menyerukan segera diakhirinya kekerasan atas warga sipil, pasien, dan staf medis yang bekerja di fasilitas kesehatan di Bangui dan di berbagai wilayah lain di negara itu.
MSF telah bekerja di Republik Afrika Tengah sejak 1997. MSF saat ini menjalankan tujuh program reguler di Batangafo, Boguila, Carnot, Kabo, Ndéle, Paoua, dan Zémio, dan empat program darurat di Bangui, Bossangoa, Bouca, dan Bria. Akhir Januari mendatang, MSF berharap bisa memulai aktivitasnya di rumah sakit di Bangassou dan Ouango. MSF menyediakan layanan medis gratis untuk sekitar 400 ribu orang di negara itu. Lebih dari 100 staf internasional dan 1.100 staf lokal yang bekerja di tujuh rumah sakit, dua pusat layanan kesehatan dan 40 posko kesehatan MSF.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...