MSF: Warga Sipil Suriah Melarikan Diri Akibat Pengeboman di Al Safira
PARIS/HONGKONG, SATUHARAPAN.COM – Setidaknya 130.000 orang melarikan diri dari daerah Al Safira, di Provinsi Aleppo, Suriah, sejak serangan hebat menghantam wilayah itu 8 Oktober. Saat ini bantuan kemanusiaan tidak mencukupi kebutuhan penduduk telantar yang terus bertambah jumlahnya.
Pertempuran, pelemparan granat, dan serangan udara mengakibatkan 76 orang tewas di Al Safira. Di seluruh daerah tersebut, 450 orang terluka dalam waktu lima hari. Mereka dirawat di tempat perawatan medis yang didukung Médecins Sans Frontières (MSF, Dokter Lintas Batas). Rumah sakit MSF di daerah itu, menurut siaran pers MSF yang dikeluarkan Jumat (25/10), telah merawat 34 pasien terluka dari Al Safira.
Direktur Operasional Marie-Noëlle Rodrigue mengemukakan, “Serangan brutal telah mengakibatkan penduduk yang sebelumnya sudah melarikan diri kembali menjadi bagian dari eksodus baru. Mereka tiba di daerah yang sudah dipadati warga telantar. Di sana hanya ada sedikit lembaga bantuan, dan mereka dihadapkan pada kebutuhan yang besar.”
Sukarelawan Bulan Sabit Merah telah meregistrasi hampir 200.000 warga yang mengungsi di Kota Manbij sebelum gelombang pengungsian baru. Kapasitas pengungsi sudah mencapai batas maksimal. Keluarga-keluarga memenuhi bangunan umum dan peternakan di daerah tersebut. Bangunan-bangunan yang belum dilengkapi pintu ataupun jendela menampung sekitar sepuluh keluarga di satu apartemen. Keluarga lainnya ditampung di kamp yang dibangun dengan terburu-buru di bekas tempat parkir, yang hanya memiliki satu jamban. Mereka semua mengungsi tanpa membawa apa-apa, sehingga sangat kekurangan dan harus menghadapi musim dingin kedua dalam keadaan perang.
Warga sipil bukan hanya menjadi korban langsung pengeboman tetapi juga sangat kekurangan akses layanan medis karena fasilitas kesehatan di sebelah timur Kota Aleppo menjadi sasaran serangan. Sebuah tong berisi bahan peledak TNT dijatuhkan dari sebuah helikopter ke sebuah rumah sakit lapangan di Kota Blat pada 21 Oktober lalu mengakibatkan rumah sakit itu tidak bisa dipakai. Rumah sakit lapangan Bab El juga dibom pada 10 September lalu. Serangan tersebut menewaskan sebelas orang dan lima terluka.
Presiden MSF Mego Terzian mengatakan,“Perserikatan Bangsa-Bangsa serta negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap konflik harus menunjukkan keinginan yang sama untuk menyelesaikan isu bantuan yang mendesak, sama halnya dengan yang sudah mereka lakukan dalam hal senjata kimia. Sangat penting untuk menyelesaikan hambatan politis dan administratif dalam menyediakan bantuan di wilayah-wilayah yang dikendalikan oleh pemerintah.”
MSF berupaya menyediakan bantuan darurat untuk orang-orang yang terluka dan telantar. Namun, keadaan darurat juga memerlukan mobilisasi pelaku kemanusiaan lainnya. Bantuan yang tersedia bagi penduduk yang tinggal dalam kondisi sangat sulit terlalu sedikit.
Tim MSF yang terdiri atas staf internasional dan staf asal Suriah mengelola enam rumah sakit dan dua pusat kesehatan di utara Suriah. Tim MSF di Suriah selama Juni 2012 hingga September 2013 menjalankan 90.175 konsultasi medis dan 4.491 prosedur bedah, serta membantu 1.426 kelahiran.
Editor : Sotyati
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...