MU menang 2-1 Atas Swansea: Piala Liga Premier Diboyong Ke Old Trafford
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Hari Minggu (12/05) menjadi hari sepesial untuk Manchester United. Selain MU berhasil menumbangkan Swansea 2-1. Dengan sumbangan gol dari Robin Van Persie pada menit ke 38 dan Rio Ferdinand saat menit 86.
Selain itu, di hari yang sama Piala Liga Premier juga dianugerahkan kepada Red Devils untuk kemudian bertahta di Old Trafford. Piala itu jatuh ke tangan tim sepak bola berlogo setan merah itu untuk yang ke-20 kalinya. Perayaan kemenangan MU sebagai juara luga musim ini dilakukan seusai pertandingan melawan Swansea.
Pengrajin yang dipercaya untuk memoles piala liga paling bergengsi di Inggris itu adalah Asprey. Markas pengerajin ini ada di London. Di tangan punggawa Asprey, piala itu diperbaiki, dibersihkan, dipoles dan diukir. Hal ini dilakukan untuk menyambut seremonial yang disaksikan oleh ribuan pasang mata dari seantero jagad.
Dalam perayaan itu, Sir Alex Ferguson menyampaikan pidato perpisahan. Dia mengucapkan terima kasih kepada fans, para pemain, dan jajaran staf yang sudah mendukung selama ini. Pelatih itu juga memohon para fans untuk mendukung David Moyes. “Kini tugas para fans selanjutnya adalah menukung David Moyes dalam segala situasi, seperti ketika mendukung saya bersama MU,” kata Fergie.
Philip Sale Sang Juru Ukir Asprey
Piala Liga Premier itu memiliki alas yang terbuat dari perunggu. Pada bagian alas itulah nama para pemenang liga disematkan. "Seluruh proses memakan waktu sekitar 40-50 menit dan karena berat mungkin perlakuannya berbeda dengan piala lain,” kata Philip Sale. Pelu ekstra hati-hati agar tidak menjatuhkannya saat mengukirnya.
Philip Sale adalah anggota Asprey. Dia telah bekerja di sana sebagai juru ukir sejak dimulainya kejuaraan Liga Premier Barclays tahun 1992. “Saya berusaha menjaga konsistensi ukiran, dengan kesamaan ukuran saya dapat meningkatkan kecepatan pengerjaan,” tambah juru ukir Asprey itu.
Pengukiran itu diawali dengan membuat garis vertikal kemudian disisil dengan garis horisontal. Selepas itu baru mengukir keseluruhan huruf. Sebagai seorang ahli ukir piala itu, Philip Sale tetap merasa butuh konsentrasi ekstra. Selain karena menghadiri acara perayaan, dia juga harus harus berkonstrasi dengan piala itu.
Stephen Carpenter Sang Juru Sepuh Asprey
Stephen Carpenter adalah juru sepuh perak di Asprey. dalam 10 tahun terakhir ini dialah yang bertugas memperbaiki Piala Liga Premier. "Ketika piala itu datang, kami memperbaiki kerusakan apapun,” kata dia. Segala penyok yang terdapat di piala akan diketuk keluar agar bentuknya kembali seperti yang seharusnya. Seperti membetulkan kerusakan pada bodi mobil.
Setelah bentuk piala kembali seperti semula, barulah Stephen Carpenter menyepuh kembali piala itu dari bagian per bagian. "Saya menggunakan alat yang berbeda untuk meyepuhnya, harus berhati-hati karena setiap kali di sepuh lapisan piala ini mudah terkikis,” cerita ia. Penyepuha itu tujuannya untuk menghilangkan goresan yang terdapat di sekujur tubuh piala itu. Termasuk menghilangkan goresan yang tidak terlihat dengan mata telanjang.
Piala itu disatukan kembali setelah semuanya selesai di poles. Pada tahap akhir, piala itu akan dilap dengan kapas yang lebut untuk menghilangkan sidik jari dan debu. Proses penyepuhan dari awal hingga akhir biasanya memakan waktu sehari. Bila kerusakannya cukup parah, waktu pengerjaan juga semakin lama.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...