Muhaimin Kritik Kyai Selebriti yang Gampang Mengkafirkan Umat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) Muhaimin Iskandar menyatakan umat Muslim yang ada di Indonesia wajib berorganisasi, bila tidak maka dikhawatirkan akan mengalami kesimpang siuran yang salah tentang agama.
“Saya ingatkan kepada umat Islam, berorganisasilah jangan beragama sendiri-sendiri, jadi kalau tidak NU (Nahdlatul Ulama, red) ya Muhammadiyah (Pengurus Pusat Muhammadiyah, red),” kata Muhaimin saat memberi sambutan pada Dialog Deradikalisasi Menangkal Terorisme, hari Selasa (2/2) di Kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh I, Jakarta.
“Umat Islam wajib berorganisasi. Setidak-tidaknya ya itu tadi (NU atau Muhammadiyah, red), kalau ada organisasi yang kecil berkoordinasilah dengan kami, tidak harus ikut partai politik,” kata dia.
Muhaimin menambahkan apabila tidak berorganisasi akan berujung kepada kesimpangsiuran pemahaman keagamaan. “Sekarang ini mulai banyak bibit radikalisme di televisi kalau kita lihat banyak kyai baru yang pemahaman Islam masih dangkal tapi sudah mengkafirkan orang lain seenaknya,” kata dia. Kyai yang banyak tampil di televisi sering disebut sebagai kyai selebriti.
“Anda baru bisa mengkafirkan dan menjelek-jelekkan orang lain kalau Anda sudah kenal baik NU atau Muhammadiyah,” dia menambahkan.
Muhaimin menyebut situasi keagamaan yang terjadi di Timur Tengah karena umat Muslim tidak memiliki organisasi dan tidak ada kepemimpinan. “Kita tahu alim ulamanya itu lebih alim daripada Indonesia, tapi setiap hari di Suriah itu adalah pertumpahan darah dari sesama umat Islam,” kata dia.
Muhaimin mengemukakan dialog tersebut digelar sebagai tindak lanjut dari kerja PKB untuk menangkal terorisme di Indonesia. “Salah satu langkah penting adalah deradikalisasi digalakkan dengan cepat, PKB terus bekerja agar radikalisme yang melahirkan terorisme tidak cepat tumbuh dan berkembang,” kata dia.
Dia menambahkan realitas yang ada saat ini menunjukkan semangat nasionalisme penduduk Indonesia terjaga bila masyarakat memiliki dasar keagamaan yang kuat sehingga radikalisme yang datang media sosial dapat diminimalisir.
“Di dunia sosial media kita akan melihat adu domba terus terjadi, dan radikalisme menjadi makanan sehari-hari. Tema penting ini adalah upaya kita semua lewat seluruh masyarakat Nahdliyyin untuk menjadi pencegah dan penangkal lahirnya radikalisme di tanah air,” kata dia.
Dalam Dialog tersebut yang menjadi pemateri antara lain Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Irjen (Pol) Saud Usman Nasution, Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB Anim Falahudin Mahrus, Dirketur Jenderal Pembinaan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Islam Kemenag), Mahasin, Pemerhati Sosial Keagamaan, Nasir Abas.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...