MUI Minta Toleransi Beragama Tak Dirusak Upaya Sinkretisme
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan Majelis Ulama Indonesia (MU) prihatin melihat praktik sinkretisme yang mencampuradukan ritual keagamaan satu dengan yang lain. Menurut MUI, kehidupan toleransi antarumat beragama yang sudah baik di Indonesia tidak boleh terjebak dengan upaya sinkretisme.
"MUI menyampaikan harapan agar kehidupan toleransi antar-umat beragama yang sudah baik ini jangan lalu terjebak dengan upaya sinkretisme. Ini yang tadi digarisbawahi oleh MUI," ujar Lukman usai mengikuti pertemuan antara MUI dengan Presiden Joko Widodo, di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, hari Selasa (5/1).
Lukman menjelaskan, pandangan MUI itu disampaikan untuk menyikapi adanya upaya menyatukan suara azan dengan lagu-lagu gereja, seperti yang ditampilkan dalam acara puncak Perayaan Natal tingkat nasional di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, hari Senin (28/12) lalu.
Saat itu perwakilan dari Gereja Musafir Indonesia, Reny Gadja, dengan khidmat melantunkan lagu Ave Maria karya Schubert. Sementara di sampingnya, berdiri Imam Masjid Oepura, Ustad Umarba, yang tengah mengumandangkan azan, juga dengan khidmat.
Lantunan "Ave Matia" dan kumandang azan itu dibawakan keduanya secara beriringan.
Menurut Lukman, kondisi kemajemukan di Indonesia memang mengharuskan terwujudnya toleransi antarumat beragam. Namun, hal itu tidak lantas berarti menyatukan ritual keagamaan yang berbeda.
"Jadi, toleransi harus betul-betul kita junjung tinggi dan harus senantiasa terjaga jangan sampai lalu kemudian terjebak pada pencampuradukan ajaran atau ritual peribadatan antara satu agama dengan agama yang lain," kata Lukman.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...