Musik Heavy Metal Ikut Memicu Pemberontakan di Suriah
SURIAH, SATUHARAPAN.COM – Dalam masyarakat yang diperintah kediktatoran, asing terkutuk, dan orang-orang yang berani untuk menantang aturan dikucilkan dari lingkungan sosial mereka dan dikejar sistem. Termasuk genre musik yang dikenal menantang norma-norma sosial yang ada. Seperti halnya musik heavy metal di Suriah. Tuduhan pemujaan Setan, kultus pemujaan, dan menghisap darah terjadi terus terhadap anggota kelompok ini seperti diberitakan beberapa waktu lalu.
"Musik rock dan metal, dengan pakaian yang suram, musik keras, dan gelang paku, selalu sangat terkait dengan pemberontakan, revolusi, dan kemarahan terhadap aparat. Jadi fakta bahwa orang Suriah yang mendengarkan musik keras sebagian besar anti rezim bukanlah suatu kebetulan," kata Mounir, seorang penggemar berat musik metal.
Dia menambahkan,"Musik metal yang kuat dan liriknya, mengupas semua kamuflase dunia dan topengnya. Aku bisa melihat keburukan di sekitarku, dan aku di sini memberontak untuk mengubahnya."
Mounir menjelaskan, ada dua gelombang penangkapan terhadap band-band rock dan metal di Suriah. Yang pertama dimulai pada 1999 dan berlangsung sekitar satu tahun. Pemerintah Suriah menangkap dan menginterogasi beberapa orang muda yang mendengarkan jenis musik itu. Gelombang kedua penangkapan dimulai akhir 2005 dan berakhir tak lama setelah pemberontakan Suriah ketika rezim menghadapi demonstrasi besar-besaran di seluruh negeri dan terlibat dalam penindasan para aktivis dan warga sipil.
"Gelombang kedua dari penangkapan itu lebih ganas," kata Mounir. "Saya tahu karena saya ada di sana. Pada tahun 2005, saya ditangkap pihak berwenang Suriah dan disiksa di bawah tuduhan pemujaan Setan." Sebagai akibat penangkapannya, banyak teman Mounir dan tetangganya menjauh darinya. Banyak orang lain menghadapi tuduhan serupa, termasuk kanibalisme dan pelacuran.
Ketika pemberontakan dimulai, beberapa band metal bersekutu dengan rezim yang kini menyambut mereka dalam rangka menghadapi kerusuhan rakyat dengan mempromosikan citra Barat yang liberal. Mereka mulai bermain di seluruh negeri dan diberi izin visa untuk melakukan perjalanan konser ke luar negeri. Sementara musisi anti rezim dituntut, ditangkap, atau dibunuh.
Anarchadia, band metal Suriah yang menyebut diri anggotanya sebagai anarkis, ada di antara mereka yang berjuang dengan tuntutan rakyat terhadap rezim Assad yang dimulai pada Maret 2011.
Kelima anggota band itu meninggalkan Suriah untuk mengejar karir musik mereka. Mereka mempersembahkan beberapa lagu mereka sebagai protes atas kekuatan-kekuatan ekonomi yang menguasai dunia. Seperti dengan gerakan Pendudukan Wall Street yang sangat mempengaruhi mereka. Mereka segera menemukan diri mereka "tidak hanya berjuang melawan tirani dengan semua bentuk dengan musik, tetapi juga atas keburukan moral dan budaya yang sedang menggerogoti orang-orang Arab pada umumnya dan Suriah pada khususnya selama 40 tahun terakhir." (syriauntold.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Utusan AS: Akhir Perang Israel dan Hizbullah ‘Dalam Gengga...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Utusan Amerika Serikat, Amos Hochstein, mengatakan pada hari Selasa (19/11) ...