Musik Paduan Suara Mempersatukan Bangsa Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Praktisi Paduan Suara Indonesia, Hermantika Sinapa, menilai musik paduan suara dapat menjadi alat mempersatukan bangsa Indonesia di tengah gejolak perbedaan dan konflik yang terjadi akhir-akhir ini.
“Dalam kondisi keadaan bangsa Indonesia sekarang ini, harapan kita sekarang untuk mempersatukan bangsa ini salah satunya melalui musik, karena musik itu kita tidak memperhatikan perbedaan yang ada tapi justru perbedaan-perbedaan itu menjadi suatu kekayaan yang dikombinasi sedemikian rupa sehingga melahirkan satu harmonisasi yang begitu indah, yang membuat orang-orang tidak berpikir bahwa saya berbeda dengan yang lain,” kata Hermantika Sinapa kepada satuharapan.com, yang ditemui di SPK PENABUR Kelapa Gading, Jakarta, hari Kamis (5/9/2019).
Hermantika Sinapa merupakan salah satu dewan juri pada kegiatan PENABUR International Choir Festival (PICF) 2019 yang dilaksanakan 3-7 September 2019 di SPK PENABUR Kelapa Gading, Jalan Boulevard Bukit Gading Raya, Blok A5-8, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara dan Graha Gepembri, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Pembina Sanggar Vox Angelica itu mengatakan, begitu luar biasanya negara Indoneisa yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia itu justru harus dipelihara menjadi suatu kekayaan yang dapat mempersatukan bangsa ini bukan digunakan untuk mengotak-atik bangsa ini, sehingga musik digunakan sebagai alat mempersatu.
“Dalam kondisi bangsa saat ini, musik sangat baik dijadikan alat mempersatukan bangsa ini. Musik adalah bahasa yang universal, tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu, bisa menebus segala perbedaan. Itu tujuan utama dari paduan suara. Kita bernyanyi pesan itu harus sampai,” katanya.
Hermantika melihat bahwa generasi muda sekarang semakin berkembang dalam bidang musik, khususnya di paduan suara. Menurutnya, anak-anak muda menjadi pelaku utama di dunia musik saat ini. Dengan musik ini, kata dia, diharapkan menjadi wadah pembinaan generasi-generasi muda, sehingga melahirkan generasi yang berkepribadian yang kuat sebagai penerus bangsa ini.
“Untuk generasi muda jangan malu untuk menjadi penyanyi paduan suara, jangan pernah menyesal sudah membuang waktu melatih, berlatih dalam paduan suara. Sadarilah bukan sekadar menyanyi, tapi di sana ada kerja keras, kerja sama antarsatu sama lain, memahami teman kita seperti apa, dan hal-hal seperti itu lebih penting dari apapun, misalnya uang,” katanya.
Pria asal Manado ini mencontohkan antusias dari setiap peserta PICF 2019 yang begitu luar biasa. Dia melihat para peserta yang datang dari daerah-daerah dengan keragaman yang berbeda-beda. Bagi Hermantika, keberhasilan di dalam bermusik itu bukan dari seberapa banyak lomba yang dimenangkan, tapi sejauh mana musik itu dapat merubah hidup kita ke arah yang lebih baik.
“Kita bisa melihat kekayaan yang ada di Indonesia ini dalam seni budaya itu sendiri,” katanya.
Kagum Budaya Indonesia
Deputi Direktur Pelaksana BPK PENABUR Jakarta, Elika Dwi Murwani, hari Kamis (5/9/2019), mengatakan Profesor Musik dari Amerika Serikat, Tom T. Shelton Jr yang menjabat sebagai Associate Professor of Sacred Music di Westminster Choir College, mengagumi budaya Indonesia yang sangat kaya dan beranekaragam pada acara PENABUR Internasional Choir Festival (PICF) 2019 di Jakarta.
“Budaya kita luar biasa. Orang asing saja, saya bicara dengan salah satu juri, Tom T. Shelton Jr dari Amerika Serikat, dia bilang menarik sekali melihat budaya Indonesia,” kata Elika Dwi Murwani kepada satuharapan.com, yang ditemui di SPK PENABUR Kelapa Gading, Jakarta, hari Kamis (5/9/2019).
Elika mengatakan Tom T. Shelton Jr benar-benar kagum pada budaya Indonesia. “Baru lihat dari baju saja dia (Shelton) mengatakan, ‘sudah bermacam-macam, sangat kaya sekali Negerimu ini. Luar biasa,’ kata Shelton dari percakapan dengan Elika.
Tom T. Shelton Jr yang menjabat sebagai Associate Professor of Sacred Music di Westminster Choir College. (Foto: picf.or.id)
PENABUR International Choir Festival (PICF) 2019 dilaksanakan 3-7 September 2019 di SPK PENABUR Kelapa Gading, Jalan Boulevard Bukit Gading Raya, Blok A5-8, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara dan Graha Gepembri, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
PICF 2019 merupakan ajang dua tahunan dan ini adalah kali keempat sejak penyelenggaraan pertama di tahun 2013 yang diprakarsai BPK PENABUR Jakarta. PICF adalah event kompetisi yang dibalut dalam suasana festival sehingga kegiatan ini tidak sekedar unjuk prestasi tim paduan suara tetapi melalui acara ini, BPK PENABUR Jakarta ingin membentuk karakter peserta didiknya dan seluruh peserta PICF melalui bidang musik.
Tim juri pada PICF 2019 berjumlah 12 orang dari 10 negara. 10 orang juri dari manca negara antara lain Aivis Greters (Latvia), Tom T. Shelton. Jr (USA), Bengt Ollen (Swedia), Johnny Ku (Taiwan), Foong Hak Luen (Singapura), John A. Pamintuan (Filipina), Ko Matsushita (Jepang), Innesa Bodyako (Belarus), Dr. Bienvenido (Filipina), Soundarie David R. (Sri Lanka), dua orang juri dari Indonesia antara lain Hermantika Sinapa (Indonesia), Aris Sudibyo (Indonesia).
Sementara itu berlaku sebagai Artistic Director, Aida Swenson Simanjuntak, yang menjadi pendiri dan pemimpin Paduan Suara Anak Indonesia (PSAI) dan juga alumni dari SMAK 1 PENABUR.
Menanamkan Harmonisasi Bangsa
Menurut Elika, animo peserta PICF 2019 sangat baik dari seluruh nusantara dan jumlah peserta banyak sekali. Dia mengatakan BPK PENABUR mengadakan acara ini untuk menanamkan harmonisasi bangsa melalui festival paduan suara internasional.
“Kita tahu keadaan Negara kita dari pemilu yang lalu agak panas, lalu ada lagi peristiwa di Papua jadi panas lagi. Padahal tadi dari Papua penampilannya bagus sekali. Dari Papua ada yang ikut acara ini. Kita tidak membeda-bedakan dari mana saja mereka datang. Melalui event paduan suara ini kita ingin membangun harmonisasi bangsa. Melalui musik, melalui paduan suara yang berbicara itu kan rasa. Bahasa musik kita tidak membedakan siapa-siapa, tidak agama, suku, maupun ras. Maka melalui event paduan suara ini sangat bagus sekali,” katanya.
Elika berpesan bagi calon peserta, PICF akan diadakan lagi pada tahun 2021 untuk itu diharapkan calon peserta tidak ketinggalan mengikuti event ini. Menurutnya, pada tahun 2021 kegiatan PICF akan lebih bagus lagi. Dia berharap peserta dapat meningkatkan diri lagi di dalam perpaduan suara.
“Kami PENABUR mengadakan paduan suara ini tujuannya untuk paduan suara dapat meningkatkan diri. Jadi bukan hanya berkompetisi tapi juga harus meningkat levelnya. Di Indonesia ini banyak sekali kompetisi, dengan kompetisi yang semakin tinggi, maka mereka dapat lebih meningkatkan diri menjadi lebih bagus lagi,” katanya.
Elika juga mengajak bagi generasi muda untuk dapat beraktivitas yang positif melalui paduan suara yang dinilainya sungguh sangat indah. Dia mengatakan, generasi muda dapat merasakan keindahan paduan suara dan untuk eksistensi diri sebagai anak muda dapat tersalurkan secara positif.
“Dengan berkegiatan paduan suara ini diharapkan generasi muda di Indonesia ini semakin bertumbuh menjadi warga Negara dari dunia yang berkompetisi secara positif. Kreativitas di Indonesia ini tidak kurang, anak-anak Indonesia sangat bagus, mari kita tingkatkan terus. Kita sebagai warga Negara Indonesia, tentu saja harus lebih menghargai, perbedaan kita bukanlah apa-apa kalau kita bisa bernyanyi bersama, itu sangat indah,” katanya.
Bekal Menghadapi Era Disrupsi
Terdapat 11 kategori yang dikompetisikan yaitu empat kategori utama sesuai jenjang sekolah Kindergarten (10 peserta), Primary School (21 peserta), Junior High School (17 peserta), Senior High School (20 peserta), dan kategori umum yaitu Children Choir (16 peserta), Mixed Youth Choir (14 peserta), Mixed Choir (15 peserta), Folklore (31 peserta), Gospel & Spiritual (11 peserta), Musica Sacra (24 peserta) dan Chamber Choir (8 peserta).
Jumlah keseluruhan tim paduan suara yang ikut di PICF 2019 adalah 152 tim paduan suara yang berasal dari 5 negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Jepang dan Vietnam). Dari Indonesia, 14 Provinsi yang menjadi peserta yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Papua.
Untuk meningkatkan kualitas paduan suara di Indonesia, PICF 2019 mengakomodir dengan membuat Workshop, Choir Clinic dan Meet the Juries yang dipimpin langsung oleh beberapa juri. Rangkaian acara lain yang diadakan yaitu Friendship Concert, Sunday Service, Outreach Concert
Selain itu, melengkapi kegiatan PICF 2019, BPK PENABUR Jakarta bekerja sama dengan Yamuger menyelenggarakan Special Concert Kamer Youth Choir, 4 September 2019 di Graha Gepemri, Kelapa Gading Jakarta Utara dan 6 September 2019 di Aula Simfonia Jakarta, Kemayoran, Jakarta Utara.
Mengangkat tema Harmony in Music for Indonesia, Concert Kamer Youth Choir melengkapi harapan dari PICF untuk membawa semangat harmonisasi di Indonesia pada peserta didik BPK PENABUR Jakarta dan seluruh tim paduan suara yang ikut berperan serta.
Sejalan dengan itu, BPK PENABUR Jakarta sebagai institusi pendidikan menuju usianya ke-70 terus berfokus pada pembentukan karakter peserta didiknya dalam menghadapi era disrusi. Salah satunya melalui PICF 2019 ini yang dapat membentuk karakter BEST (Be Tough, Excel World Wide, Share with Society, Trust In God).
"Karakter yang ingin dibentuk antara lain melalui sikap-sikap yang diperlukan oleh paduan suara seperti disipin, bertanggung jawab, percaya diri, kemampuan mendengar dan karakter lain yang menjadi bekal menghadapi era disrupsi," ungkap Ketua BPK PENABUR Jakarta, Ir. Antono Yuwono dalam keterangan tertulis.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...