Muslim di Mesir Bantu Bangun Gereja Koptik
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Kelompok Muslim di Mesir mengumpulkan dan untuk membantu pembangunan sebuah gereja Koptik di Al Manufiyya, Kairo utara, menandai langkah menuju solidaritas di negara yang sebelumnya terancam terbelah oleh garis sektarian.
Uskup Benyamin dati Gereja Koptik Keuskupan Al Manufiyya, mulai mengumpulkan sumbangan untuk membangun gereja yang akan didedikasikan bagi Bunda Maria. Menurut kantor berita Fides yang dikutip Chriatian Today, sejumlah pemimpin Islam di daerah itu mendorong warga Muslim setempat untuk berkontribusi. Saran itu disambut para pemuda adan anak-anak.
Senang dengan keberhasilan inisiatif itu, Uskup Benyamin mendesak masyarakat lainnya untuk mengikuti, dan mengatakan ada pesan untuk belajar dari cara orang-orang Kristen dan Muslim bekerja sama.
Meskipun Mesir di masa lalu telah dilanda kekerasan sektarian, anggota dari kedua agama telah membuat upaya bersama untuk menyatukan, walaupaun ada kebrutalan yang dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di kawasan Timur Tengah.
Presiden Mesir, Abdel Fattah Al-Sisi, seorang Muslim yang mengunjungi Katedral St Markus di Kairo pada Malam Natal, menjadi yang pertama dari pemimpin negara itu yang pernah menghadiri ibadah warga Kristen Koptik.
El-Sisi berdiri di samping Paus Tawadros II, kepala Gereja Koptik Alexandria dan otoritas tertinggi Koptik di Mesir. El-Sisi mengatakan kepada jemaat, ketika itu, "Sepanjang tahun, Mesir diajarkan peradaban dunia dan kemanusiaan, dan dunia mengharapkan banyak dari Mesir dalam keadaan saat ini.”
"Sangat penting bagi dunia untuk melihat peristiwa ini, yang mencerminkan persatuan Mesir, dan untuk mengkonfirmasi bahwa kita semua, yang pertama dan utama, adalah orang Mesir. Kami benar-benar saling mencintai tanpa diskriminasi, karena ini adalah kebenaran Mesir," kata dia.
Ada kekhawatiran bahwa upaya ini dapat dikacaukan ketika ISIS membunuh sejumlah orang Kristen Mesir awal tahun ini. Sebuah video yang dirilis oleh kelompok jihad pada bulan Februari memperlihatkan 21 pria dipenggal oleh ISIS Libya. Video itu diberi judul "Orang Salib, Pengikut Gereja Mesir Yang Bermusuhan."
Ramen Atallah dari Bible Society Mesir mengatakan bahwa meskipun ISIS mungkin berharap untuk memanfaatkan perpecahan agama di Mesir, kasus pembunuhan itu justru menyatukan orang dari berbagai agama di negara ini.
"Warga Kristen merespon dengan sedih dan memanggil kepada Allah, dan Muslim telah menunjukkan cinta dan kepeduliaan terhadap mereka," katanya.
Pekan lalu, diberitakan bahwa imam dan pendeta di Provinsi Minya, asal korban pembunuhan ISIS, meluncurkan sebuah inisiatif untuk mendorong koeksistensi damai di sekolah. Inisiatif ini didukung oleh Imam Al Azhar, Ahmad al-Tayyeb, dan Patriark Tawadrow II dari Gereja Koptik. Dalam program itu, para pemimpin agama akan bertemu dengan siswa untuk mendorong budaya toleransi dan menghormati orang dari agama yang berbeda.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...