Mutiara Hidup
Seharusnya kita lebih mampu mengelola masalah kita.
SATUHARAPAN.COM – Mutiara adalah salah satu jenis permata. Ia dikenal sejak awal sejarah manusia. Pada saat itu mutiara dikenakan sebagai simbol kekuasaan, kekayaan, dan keanggunan. Untuk mendapatkan mutiara kualitas super tidaklah mudah, butuh waktu yang tidak sekejap. Tak heran, hanya penghuni ujung piramida kasta yang bisa memilikinya. Ketenaran mutiara bertahan hingga masa kini. Bedanya, mutiara bisa dimiliki pula oleh masyarakat awam. Stoknya pun bisa diadakan karena budidaya mutiara telah menjamur.
Pearl (n) based on Oxford English Dictionary: a hard, lustrous spherical mass, typically white or bluish-grey, formed within the shell of a pearl oyster or other bivalve mollusk and highly prized as a gem. Mutiara (kb) berdasarkan KBBI daring adalah permata berbentuk bulat dan keras, berasal dari kulit kerang mutiara, terbentuk karena ada benda atau pasir yang masuk ke dalam tubuh kerang itu kemudian diselubungi oleh kulit ari.
Semua sepakat bahwa mutiara dihargai tinggi dan digolongkan sebagai permata. Padahal mutiara hanya hasil akhir yang kasat mata. Adakah yang bisa memahami bahwa mutiara juga mengajarkan cara mencari solusi terbaik atas problem yang menimpa?
Lihat frasa ”terbentuk karena ada benda atau pasir yang masuk ke dalam tubuh kerang itu kemudian diselubungi oleh kulit ari” pada definisi menurut KBBI daring! Ada benda asing yang dipaksa masuk ke dalam kerang (jika konteksnya adalah budidaya mutiara). Si Kerang mendapat masalah, Si Kerang mendapat gangguan.
Apa yang dilakukan Si Kerang? Ia tidak protes, tidak juga uring-uringan. Ia dengan sabar menerima masalah dan mengelolanya sebaik mungkin. Problem solver yang elegan. Ketika Si Kerang sudah selesai dengan gangguannya, yang dihasilkan adalah mutiara berharga. Yang kita pahami, mutiara adalah benda langka dan harus menunggu lama demi mendapatkannya. Tetapi, mutiara adalah hasil akhir dari proses ketidaknyamanan yang dialami kerang.
Saya sedang keranjingan mutiara air tawar. Saya memesan langsung dari owner rumah produksi perhiasan mutiara di Kampung Sekarbela, Mataram, Lombok, NTB. Kala saya memegang dengan tangan saya sendiri untaian gelang mutiara, terbayang di kepala saya bagaimana kalem sekaligus gigihnya kerang yang disusupi pasir.
Lalu manusia, sepertinya kelakuannya lebih rendah dari kerang mutiara. Dapat masalah sedikit, protes. Ada gangguan sedikit, mengeluh. Bukannya berusaha menjadi problem solver yang menghasilkan sesuatu yang luar biasa, malahan manusia menjadi problem maker. Padahal manusia punya akal budi dan nurani, sedang kerang tidak. Harusnya kita lebih mampu mengelola masalah kita, menghasilkan ”mutiara”.
Perhiasan mutiara memang classy untuk dikenakan. Namun, lebih classy lagi kalau kita berhias dengan ”mutiara hidup” dari hati masing-masing.
Editor: Yoel M Indrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Victor Wembanyama Buat Rekor Langka di NBA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Victor Wembanyama kembali mencuri perhatian dunia basket dengan mencatatk...