Narendra Modi Gagal Jadi Person of the Year Time
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri India, Narendra Modi, tak masuk nominasi Person of the Year (PoY) Majalah Time. Walaupun jajak pendapat pembaca menempatkannya meraih suara terbanyak, para redaktur Majalah Time tak memasukkan nama politisi yang populer di negaranya itu ke dalam daftar delapan nomionasi PoY Time.
Delapan nama yang akhirnya menjadi finalis PoY yang pemenangnya akan diumumkan hari ini (10/12), adalah Jack Ma, pendiri dan CEO Alibaba Group, Presiden Rusia, Vladimir Putin, CEO Apple, Tim Cook, penyanyi pop Talylor Swift, pengunjuk rasa Ferguson, sukarelawan yang merawat penderita Ebola, Komisioner National Football League, Roger Goodell dan presiden negara bagian Kurdistan di Irak,Masoud Barzani.
Modi naik daun dan menjadi perhatian internasional terutama oleh kemenangan historisnya di Lok Sabha pada pemilu 2014.
Menurut Time, pemimpin partai Bharatiya Janata berideologi nasionalis ini mampu memuncaki jajak pendapat pembaca Time terutama karena dukungan warga India. Dalam jajak pembaca Time tersebut, Modi meraih 16 persen dari 5 juta suara. Di tempat kedua adalah para pengunjuk rasa Ferguson, (yaitu mereka yang melakukan protes setelah seorang remaja berkulit hitam, Michal Brown, ditembak polisi) meraih 9 persen. Selanjutnya adalah pemimpin unjuk rasa di Hongkong, Joshua Wong, disusul oleh peraih hadiah nobel perdamaian 2014, Malala Yousafzai, dan dokter serta perawat penderita Ebola.
Menurut Time, sebagian besar warga India yang memberikan suara menjatuhkan pilihan kepada Modi. Namun hal itu rupanya tidak cukup untuk membuat para editor memasukkan nama Modi menjadi kandidat. Salah satu kriteria PoY Time ialah sang tokoh memberi pengaruh yang sangat besar terhadap berita sepanjang tahun yang berjalan.
Ketika menjelaskan karier Modi, Time menulis, "Modi, yang memimpin partai nasionalis Bharatiya Janata, menjadi Perdana Menteri pada bulan Mei setelah mengamankan kemenangan telak berkat platform ekonomi yang ditawarkannya untuk menata ulang perekonomian India."
"Tapi penentangnya mempertanyakan catatan masa lalunya, mengutip kerusuhan sektarian berdarah yang terjadi di negara bagian India Barat Gujarat pada tahun 2002, ketika Modi menjabat sebagai kepala menteri. Lebih dari 1.000 orang tewas oleh aksi kekerasan, sebagian besar mereka adalah Muslim," tambah Time.
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...