NATO Masukkan Antariksa sebagai Ranah Operasional Baru
BRUSSEL, SATUHARAPAN.COM - Para menteri luar negeri dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) sepakat untuk memasukkan ruang angkasa sebagai ranah operasional baru selain udara, daratan, lautan dan siber, kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg pada Rabu (20/11).
Menyusul pertemuan tingkat menteri luar negeri Dewan Atlantik Utara, Stoltenberg membela keputusan tersebut dengan mengatakan bahwa ruang angkasa "dapat digunakan secara agresif."
Untuk waktu yang lama, NATO, di bawah pimpinan Amerika Serikat (AS), telah berusaha membuka jalan untuk mencapai keputusan pada Rabu tersebut.
Pada Februari tahun ini, Presiden AS Donald Trump telah menandatangani Direktif Kebijakan Luar Angkasa-4 (Space Policy Directive-4), yang menginstruksikan Pentagon untuk merancang undang-undang tentang pembentukan Pasukan Antariksa AS.
Pada Agustus, Trump juga meluncurkan Komando Antariksa baru dan menyebut ruang angkasa sebagai "ranah perang berikutnya."
Di sisi lain, Rusia telah berulang kali memperingatkan tentang risiko dari "perlombaan" senjata ruang angkasa. Pada September lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa perlombaan senjata ruang angkasa yang baru mungkin akan berkembang antara Rusia dan AS, persaingan yang bisa menyebar hingga ke luar angkasa.
Dalam perkembangan berikutnya, pertemuan para menteri tersebut juga dibayangi oleh perbedaan di antara para anggota utamanya terkait pengembangan masa depan NATO.
Dalam wawancara baru-baru ini dengan The Economist, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan kepada para sekutu Eropa untuk "menyadari" realitas dari aliansi trans-Atlantik tersebut sebelum terlambat.
"Apa yang baru-baru ini kita alami adalah kematian otak dalam tubuh NATO." Eropa berdiri di "tepi jurang" dan harus mulai memikirkan tentang keberadaannya sendiri secara strategis sebagai kekuatan geopolitik. Jika tidak, Eropa "tidak akan lagi mampu mengendalikan masa depan kita." Para anggora aliansi "harus meninjau ulang tujuan NATO terkait komitmen AS itu," ujar Macron.
Sebelumnya, dalam pertemuan Rabu tersebut, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengimbau para anggota NATO "untuk memperkuat NATO secara politik, dalam proses yang terstruktur," menurut situs web POLITICO edisi Eropa.
Proposal Maas berisi pembentukan sekelompok ahli yang dipimpin sekretaris jenderal NATO untuk dilibatkan dalam diskusi politik tentang pemikiran strategis aliansi itu, kata POLITICO, menyebut langkah tersebut sebagai reaksi terhadap komentar "kematian otak" yang dilontarkan Macron.
Pertemuan para menteri pada Rabu tersebut juga dimaksudkan sebagai persiapan untuk konferensi tingkat tinggi NATO di London yang dijadwalkan digelar pada 3 dan 4 Desember mendatang. (Xinhua)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...