Seratus Demonstran Dikepung Polisi di Kampus Hong Kong
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM - Kurang dari 100 demonstran pada Kamis (21/11) masih terjebak di dalam kampus sebuah universitas di Hong Kong, dikepung oleh polisi antihuru-hara.
Beberapa di antara pendemo dikabarkan, dalam keadaan putus asa, berusaha mencari cara untuk keluar dari kepungan tersebut sementara sejumlah lainnya tetap bersembunyi.
"Saya tidak punya rencana untuk menyerah. Menyerah adalah bagi orang-orang yang salah. Tidak ada seorang pun di antara kami di dalam sini yang bersalah," kata Michelle, mahasiswi berusia 20 tahun, di kampus Universitas Politeknik di Hong Kong.
Sampah-sampah makin banyak berserakan di kampus, termasuk berupa serpihan dari bom-bom bensin rakitan. Banyak pemrotes juga meninggalkan barang-barang milik mereka, seperti masker gas dan payung.
Banyak bagian kampus yang rusak. Ruangan dirusak, jendela hancur. Tapi, listrik dan air masih mengalir.
Kampus yang berada di pusat kawasan ramai Kowloon itu adalah kampus terakhir yang masih diduduki oleh para aktivis dalam sepekan.
Masa sepekan itu diwarnai dengan kekerasan paling menegangkan sejak demonstrasi antipemerintah terus meningkat dibandingkan dengan lebih dari lima bulan lalu.
Beberapa pengunjuk rasa telah menyerahkan diri sementara lainnya ditangkap ketika berusaha melarikan diri dengan berbagai cara, termasuk turun melalui jembatan, menunggu jemputan dengan sepeda motor, dan kabur lewat selokan.
Sehari sebelumnya, polisi mengatakan hampir 800 orang sudah meninggalkan kampus itu dengan damai pukul 23.00 waktu setempat dan akan diperiksa, termasuk hampir 300 mahasiswa yang berumur di bawah 18 tahun. Sekitar 20 orang sukarelawan yang memberikan bantuan medis juga sudah pergi.
Sekitar 1.100 orang terakhir ditangkap atas tuduhan termasuk melakukan pengrusakan dan kepemilikan senjata serang, kata polisi. Sejak protes-protes mulai terjadi pada Juni, lebih 5.000 orang ditahan.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan dia berharap masalah yang terjadi dapat teratasi dan mengatakan kepada polisi untuk bertindak manusiawi.
Para pendemo merasa marah pada kecenderungan saat ini, yang mereka lihat sebagai tindakan campur tangan oleh China terhadap kebebasan yang dijanjikan bagi Hong Kong ketika kota bekas jajahan Inggris itu dikembalikan ke bawah kekuasaan China pada 1997.
Beijing selama ini mengatakan pihaknya memegang teguh formula "satu negara, dua sistem" dengan memberikan status otonomi kepada Hong Kong. (Reuters)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...