NATO: Rusia Tingkatkan Jumlah Tentara di Perbatasan Ukraina
BRUSSEL, SATUHARAPAN.COM - Rusia meningkatkan jumlah tentaranya di perbatasan Ukraina menjadi 20.000 personel, dari 12.000 personel pada pertengahan Juli, menciptakan “situasi berbahaya” dan menambah kekhawatiran bahwa Moskow bisa mengintervensi negara tetangganya dengan kekuatan militer, ujar pihak NATO pada Rabu (6/8).
Juru bicara NATO, Oana Lungescu mengatakan tindakan Rusia baru-baru ini meningkatkan eskalasi krisis tersebut dan mengganggu upaya untuk menemukan solusi diplomatik.
“Rusia mengerahkan sekitar 20.000 personel siap tempur (di perbatasan)... Ini merupakan situasi berbahaya,” ujar Lungescu.
“Kami memiliki kekhawatiran bersama bahwa Rusia bisa menggunakan dalih misi kemanusiaan atau penjaga perdamaian sebagai alasan untuk mengirim tentara ke Ukraina timur,” katanya, dengan menuduh Moskow terus mendukung pemberontak pro-Rusia di Ukraina dan memungkinkan senjata melintasi perbatasan.
“Memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah yang dikuasai pemberontak... akibat Rusia yang terus merusak stabilitas Ukraina,” tuturnya.
Lungescu menegaskan kembali bahwa Rusia harus menghentikan dukungan semacam itu dan menarik mundur “seluruh kekuatan militernya di perbatasan.”
Coca-Cola Tarik Iklan
Sementara perusahaan raksasa minuman ringan Amerika Serikat Coca-Cola menarik iklannya dari empat stasiun TV Rusia yang berkaitan dengan perusahaan yang terkena sanksi Barat atas krisis Ukraina, menurut harian Vedomosti.
Tiga stasiun itu – REN-TV, Pyaty Kanal dan Domashny – merupakan bagian dari perusahaan induk yang dikendalikan Bank Rossiya yang terkena sanksi tahap pertama dari Barat setelah Rusia menganeksasi Crimea pada Maret.
Stasiun keempat, Zvezda, merupakan kanal yang menyiarkan program-program patriotik dan dimiliki oleh kementerian pertahanan Rusia.
Sanksi terhadap Rossiya dan pemegang saham utamanya Yury Kovalchuk melarang semua perusahaan AS melakukan bisnis dengan bank kredit yang dianggap sebagai bank pribadi dari para pejabat senior Rusia.
Namun Coca-Cola mengatakan tidak ada motif politik di balik tindakan tersebut.
Juru bicara perusahaan tersebut di Rusia, Anna Kozlovskaya, mengatakan setelah mengkaji hasil kuartal kedua “kami memutuskan dengan mengubah rencana iklan TV kami untuk fokus pada kanal penting nasional dan kanal paling efektif untuk menjangkau target audiens kami.” (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...