Rusia Bantah Tentara Tambahan ke Perbatasan Ukraina
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Rusia Rabu (6/8) membantah klaim Amerika Serikat dan NATO bahwa Moskow telah meningkatkan tajam jumlah pasukan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina.
"Saya ingin menjelaskan kepada para pejabat Pentagon dan NATO bahwa gerakan-gerakan ribuan tentara dan peralatan tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat, apalagi tanpa para pemantau OSCE yang ditempatkan di kawasan itu," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenikov, seperti dikutip oleh Kantor berita Interfax.
Juru bicara NATO, Oana Lungescu, mengatakan sebelumnya pada Rabu bahwa Rusia telah meningkatkan kehadiran pasukannya di perbatasan Ukraina menjadi 20.000, dari 12.000 pada pertengahan Juli.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE) mengatakan sekitar selusin pengamat memantau dua pos perbatasan Rusia, tetapi tidak memantau seluruh perbatasan.
Itu adalah satu misi terbesar yang ditempatkan di Ukraina, di mana pemberontak pro-Rusia memerangi pasukan pemerintah.
Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menuduh Moskow menyediakan senjata dan dukungan kepada pemberontak, satu tuduhan yang Moskow sangkal.
Konashenikov mengatakan, kementerian pertahanan Rusia sedang mempertimbangkan pembukaan akun media sosial untuk menyediakan komunitas intelijen AS dengan "tujuan informasi tentang tindakan pasukan militer Rusia ".
Sementara Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen akan mengunjungi Kiev, Kamis (7/8), kata kementerian luar negeri Ukraina, di tengah meningkatnya ketegangan atas tuduhan Rusia menumpuk tentara di sepanjang perbatasan negara tetangga bekas Sovyet itu.
Kunjungan itu atas undangan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, yang dimaksudkan untuk membahas pertemuan yang akan datang mengenai kemitraan Ukraina-NATO, kata Kementerian Luar Negeri Rabu.
Ukraina bukan anggota aliansi 28 negara itu, dan kedua pihak mengatakan bahwa Kiev bergabung dengan organisasi itu tidak hanya pada kartu.
NATO Rabu menuduh Kremlin memperkuat jumlah pasukan di perbatasan Ukraina sehingga menciptakan "situasi berbahaya" dan memicu kekhawatiran Moskow bisa campur tangan di negara tetangganya itu dengan kekuatan.
"Kami berbagi keprihatinan bahwa Rusia bisa menggunakan dalih kemanusiaan atau misi penjaga perdamaian sebagai alasan untuk mengirim pasukan ke Ukraina timur," kata Oana Lungescu.
NATO telah secara konsisten mendukung tuduhan-tuduhan Kiev bahwa Moskow telah menggerakkan dan pemberontak bersenjata pro-Rusia bertempur memerangi pasukan pemerintah di Ukraina timur hampir selama empat bulan.
PBB mengatakan pertempuran di Ukraina timur telah membunuh lebih dari 1.300 orang dan memaksa sekitar 285.000 orang meninggalkan rumah mereka, mengungsi.
Rasmussen baru-baru ini meningkatkan retorika atas Ukraina, dan mengatakan dalam satu wawancara yang disiarkan Minggu, NATO akan menyusun rencana pertahanan baru untuk menghadapi "agresi Rusia". (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...