Netanyahu Bertemu Biden, Bahas Iran dan Hubungan dengan Arab Saudi
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada hari Rabu (20/9) mengadakan pembicaraan tatap muka pertama mereka sejak Netanyahu mengambil alih kekuasaan pada bulan Desember, dengan topik yang diperkirakan mencakup potensi kesepakatan normalisasi Israel-Arab Saudi dan Iran.
Biden menunda undangan kepada Netanyahu karena khawatir akan perombakan peradilan yang mengekang kekuasaan hakim yang dilakukan oleh pemerintahan sayap kanannya serta perluasan pemukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Alih-alih bertemu di Gedung Putih, tempat yang disukai Netanyahu, kedua pemimpin malah mengatur pembicaraan mereka di sela-sela sidang Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) di New York.
Para pejabat AS memperkirakan akan ada perombakan hukum dalam perundingan mereka, serta upaya untuk melawan program nuklir Iran dan kemungkinan terjadinya perkembangan besar, normalisasi hubungan Israel-Saudi.
Netanyahu mengharapkan kunjungan AS lebih awal mengingat sejarah panjangnya berurusan dengan presiden Amerika, namun Biden menolaknya. Netanyahu tidak mendapat pertemuan pada bulan-bulan awal pemerintahan Biden di Gedung Putih pada tahun 2021 dan kemudian digulingkan dari kekuasaannya. Dia kembali berkuasa pada Desember lalu.
Sebaliknya, Biden menyambut Presiden Israel, Isaac Herzog, yang sebagian besar jabatannya bersifat seremonial, di Gedung Putih pada bulan Juli untuk menandai peringatan 75 tahun berdirinya Israel.
Biden telah secara aktif berupaya mencapai terobosan diplomatik antara Arab Saudi dan Israel.
Arab Saudi mengatakan bahwa mereka tidak akan secara resmi mengakui Israel sampai resolusi konflik Israel-Palestina yang sudah berlangsung lama tercapai.
David Makovsky, yang sudah lama menjadi pengamat Timur Tengah di Washington Institute for Near East Policy, mencatat dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, bahwa pertemuan tersebut “akan terjadi 265 hari setelah Netanyahu menjabat, kesenjangan terpanjang sejak tahun 1964.”
“Potensi besar kesepakatan Arab Saudi membuat Biden dan Netanyahu tidak punya pilihan selain bertemu meskipun ada perbedaan,” katanya. Pemerintahan Biden memperhitungkan bahwa AS dapat memperoleh manfaat besar dari kesepakatan besar tersebut jika dapat mengatasi hambatan yang besar.
“Banyak elemen jalan menuju normalisasi kini telah dibahas. Kami tidak memiliki kerangka kerja, kami belum memiliki persyaratan yang siap untuk ditandatangani. Masih ada pekerjaan yang harus dilakukan,” kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, kepada wartawan pada 7 September.
Para pejabat AS tidak mengesampingkan pertemuan Gedung Putih antara Biden dan Netanyahu. (Al Arabiya/Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...