Niger Gagalkan Kudeta, Dua Hari Sebelum Presiden Terpilih Dilantik
NIAMEY, SATUHARAPAN.COM-Pasukan keamanan Niger menggagalkan percobaan kudeta militer di istana kepresidenan negara Afrika Barat itu Selasa (30/3) malam, hanya dua hari sebelum presiden yang baru terpilih dilantik dalam peralihan kekuasaan secara damai, kata pemerintah Rabu (31/3).
Upaya kudeta menimbulkan ketakutan akan lebih banyak kekerasan bertepatan dengan pelantikan Presiden Mohamed Bazoum yang baru terpilih pada hari Jumat. Pemerintahannya telah menghadapi ancaman dari ekstremis Islam di dekat perbatasannya yang bermasalah dengan Mali.
Beberapa orang telah ditangkap sehubungan dengan upaya kudeta, sementara "orang lain yang terkait dengan peristiwa tersebut sedang dicari secara aktif," kata juru bicara pemerintah, Abdourahmane Zakaria, hari Rabu sore.
“Pemerintah mengecam tindakan pengecut dan terbelakang ini yang bertujuan membahayakan demokrasi dan supremasi hukum yang menjadi komitmen negara kita sebagaimana dibuktikan oleh pemilu terakhir yang demokratis, bebas dan transparan yang disambut oleh seluruh komunitas nasional dan internasional,” kata Zakaria.
Ketakutan telah meningkat bahwa pelantikan Bazoum dapat memicu lebih banyak kekerasan di Niger karena pembantaian terakhir yang menewaskan sedikitnya 137 orang terjadi pada hari yang sama dengan pengadilan konstitusional yang mengesahkan kemenangan elektoralnya. Dan setidaknya 100 orang lainnya tewas di desa-desa dekat perbatasan pada hari Niger mengumumkan pemilihan presiden akan dilanjutkan ke putaran kedua pada 21 Februari.
PBB Khawatir dengan Perkembangan Niger
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres, mengikuti perkembangan "dengan sangat prihatin" dan "mendesak semua yang terlibat untuk berhenti dari segala bentuk hasutan yang mengancam konsolidasi demokrasi dan stabilitas negara," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.
Guterres menyerukan angkatan bersenjata untuk secara ketat mematuhi kewajiban konstitusional mereka dan mendesak semua pihak untuk menghormati hasil pemilihan presiden 21 Februari "dan memungkinkan transfer kekuasaan yang tertib dan damai," kata Dujarric.
Tembakan senjata terjadi di lingkungan dekat istana dan memicu kekhawatiran akan upaya kudeta mengingat bahwa Niger memiliki sejarah panjang militer merebut kekuasaan secara paksa sejak kemerdekaannya dari Prancis pada tahun 1960.
Kudeta terakhir yang berhasil terjadi pada Februari 2010 ketika tentara bersenjata menyerbu istana presiden, menggulingkan presiden yang kuat Mamadou Tandja. Tentara kemudian mengumumkan di TV pemerintah bahwa mereka mengendalikan negara.
Pemilu baru diadakan pada tahun berikutnya, membawa presiden saat ini ke tampuk kekuasaan. Dia mengundurkan diri pada hari Jumat setelah menjalani dua masa jabatan, sesuai dengan konstitusi Niger.
Pada tahun 2016, pihak berwenang mengatakan empat perwira militer mengaku merencanakan upaya untuk menggulingkan pemerintah. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...