Niger Larang Penggunaan Jilbab Penuh
NIAMEY, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah di wilayah Diffa, Niger, yang berbatasan dengan Nigeria, melarang pemakaian jilbab yang menutupi seluruh tubuh setelah serangan bunuh diri di negara-negara di kawasan tersebut dilakukan oleh wanita yang mengenakan pakaian semacam itu, kata seorang pejabat pada Rabu (29/07).
“Perempuan di wilayah ini dilarang mengenakan jilbab penuh sampai pemberitahuan lebih lanjut, untuk mencegah serangan bunuh diri Boko Haram,” kata Wali Kota Diffa, Hankouraou Biri-Kassoum, kepada AFP.
Jilbab penuh telah dilarang di beberapa daerah di Kamerun setelah serangkaian pengeboman dilakukan oleh perempuan dan anak perempuan, termasuk para penyerang yang mengenakan pakaian tersebut.
“Lebih baik mencegah bahaya,” kata seorang sumber dari pihak keamanan kepada AFP, dengan menambahkan bahwa “semakin banyak perempuan dan gadis-gadis muda yang mengenakan jilbab penuh di Diffa.”
Jam malam telah diberlakukan dan larangan penggunaan sepeda motor pada Februari – kendaraan yang sering digunakan para militan - telah diperpanjang, kata wali kota.
Niger telah bergabung dalam sebuah misi bersama Chad, Niger dan Nigeria untuk melawan Boko Haram, yang melakukan pemberontakan hingga menewaskan sedikitnya 15.000 orang sejak 2009.
Meski berbagai upaya regional mencatat sejumlah kemenangan dalam beberapa bulan terakhir ini, para militan tersebut melancarkan gelombang besar kekerasan sejak Presiden Nigeria Muhammadu Buhari dilantik pada Mei.
Puluhan orang tewas dalam serangkaian pengeboman dan penyerangan di seluruh kawasan tersebut. (AFP/Ant)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...