NIIS Ancam Penggal Jurnalis Irak
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengancam memenggal jurnalis Irak yang mereka culik jika ia menolak bekerja bagi NIIS, menurut laporan badan pengamat media Reporters Without Borders (RSF) pada Kamis (11/9).
Raad Mohammed al-Azzawi, seorang juru kamera, diculik pada 7 September di Samarra, kota yang terletak sekitar 120 km sebelah utara Baghdad, ujar RSF.
“Kelompok jihadis itu mengumumkan pihaknya berencana mengimplementasikan ancaman pemenggalan karena jurnalis itu menolak untuk bekerja bagi NIIS,” RSF menambahkan.
Ia merupakan salah satu dari sederet jurnalis Irak yang diculik atau diancam oleh militan NIIS, kelompok radikal Islamis yang merebut sebagian besar wilayah Irak dan Suriah dan melakukan berbagai tindakan kejam.
Dua jurnalis AS yang ditawan, yakni James Foley dan Steven Sotloff, dipenggal beberapa pekan lalu, dan video eksekusi mereka dirilis di dunia maya oleh ISIS.
Obama Bersumpah Akan Hancurkan Militan NIIS
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengusulkan perluasan kampanye militer Amerika melawan militan-militan NIIS, dan bersumpah pada Rabu (10/9) malam akan melakukan "upaya tak kenal lelah" untuk menyapu para teroris tersebut di mana pun berada.
Obama menjelaskan strategi baru dalam pidato di Gedung Putih yang disiarkan langsung oleh televisi, sementara AS dan para sekutunya menghadapi peningkatan ancaman dengan pertumbuhan ekstremisme Islamis di Irak, Suriah, dan bagian-bagian lain dari Timur Tengah dan wilayah Afrika Utara yang bergejolak.
Rencana Obama, termasuk pelatihan dan persenjataan pasukan keamanan Irak sekaligus pejuang oposisi Suriah, untuk membantu keduanya bertempur melawan para pejuang NIIS.
Namun, Obama menekankan perlawanan terhadap militan NIIS akan berbeda dari perang-perang AS saat ini di Irak dan Afghanistan.
"Upaya ini, tidak akan melibatkan pasukan tempur Amerika untuk berperang di negara lain. Kampanye kontra-terorisme ini akan dilakukan melalui upaya stabil, dan tak kenal lelah untuk mengusir NIIS, di mana pun mereka berada dengan menggunakan kekuatan udara kita dan dukungan kita untuk pasukan-pasukan mitra di lapangan," ujarnya.
Presiden juga membahas kemungkinan memperluas serangan udara Amerika melawan kantong-kantong militan di seluruh perbatasan Irak sampai Suriah, dan mengindikasikan bahwa para sekutu di Eropa, Timur Tengah dan tempat lainnya siap bergabung dengan kampanye melawan terorisme yang dipimpin AS.
"Dengan adanya pemerintahan baru di Irak, dan konsultasi-konsultasi dengan para sekutu di luar negeri dan Kongres di dalam negeri, saya dapat mengumumkan bahwa Amerika akan memimpin koalisi yang luas untuk mengembalikan kembali ancaman teroris ini. Tujuan kita jelas, kita akan menekan, dan pada akhirnya menghancurkan NIIS melalui strategi kontra-terorisme yang komprehensif dan berkelanjutan." ujar Obama.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, AS juga akan mengirimkan 475 tentara ke Irak dalam kapasitas nontempur untuk mendukung pasukan Irak dan Kurdi, menurut Obama.
Koalisi yang dipimpin Amerika, akan mencapai strategi untuk memotong aliran pejuang asing ke Negara Islam, dan meningkatkan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi yang diusir militan.
Sebelumnya Rabu (10/9), Gedung Putih mengumumkan akan menyediakan US$25 juta bantuan militer segera untuk pemerintah Irak yang baru, sebagai bagian dari upaya-upaya mereka untuk melawan kelompok ekstremis Sunni tersebut, yang menguasai wilayah substansial di Irak utara dan barat.
Menurut para sumber, Arab Saudi telah menjanjikan komitmen penuh atas upaya tersebut, dan pasukan-pasukan AS akan melatih para pejuang oposisi Suriah di tanah Saudi.
Upaya ini, bergantung pada persetujuan Kongres AS atas dana $500 juta, untuk melatih dan mempersenjatai pemberontak.
Keputusan Saudi muncul setelah Obama berbicara lewat telepon sebelumnya Rabu (10/9) dengan Raja Abdullah, yang telah mendorong Pemerintah Amerika untuk melakukan lebih banyak usaha untuk menyelesaikan konflik Suriah.
Menteri Luar Negeri John Kerry, yang sekarang sedang berkunjung ke Baghdad, akan bertemu dengan pemimpin di seluruh wilayah dalam beberapa hari mendatang.
Reaksi terhadap pidato Presiden langsung muncul.
"Adalah kepentingan nasional Amerika untuk menghancurkan NIIS... Kita tidak dapat duduk tenang. Presiden telah membuat penjelasan yang menarik," ujar legislator dari Partai Demokrat, Eliot Engel.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) John Boehner mengatakan mendukung ide melatih pasukan Irak dan Suriah, namun "khawatir dengan langkah-langkah tersebut yang dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk diimplementasikan secara penuh di saat momentum dan perebutan wilayah oleh NIIS perlu segera dihentikan dan dibalikkan."
Meski Obama "dapat meyakinkan untuk bertindak," pertanyaan-pertanyaan muncul mengenai cara dilakukannya tindakan tersebut, ujar anggota Kongres dari Partai Republik itu.
Jajak pendapat opini publik minggu ini menunjukkan mayoritas warga Amerika mendukung aksi melawan para militan tersebut.
Legislasi Kongres
Sementara itu, pemimpin Demokrat di Senat mempersiapkan undang-undang yang akan memberikan wewenang pada militer AS, untuk mempersenjatai dan melatih para pemberontak pro-Barat di Suriah dalam perang melawan militan Negara Islam.
Pemimpin Mayoritas Senat Harry Reid mengindikasikan, bahwa ia mendukung pemberian wewenang pada Presiden Obama untuk memperkuat pasukan regional dalam perang melawan NIIS.
"Jelas bagi saya kita perlu melatih dan mempersenjatai pemberontak Suriah dan kelompok-kelompok lainnya di Timur Tengah yang memerlukan bantuan," ujar Reid, Rabu.
Dukungan bagi rencana presiden tampak meningkat dan anggota parlemen dapat melakukan pemungutan suara dalam beberapa hari mendatang. (VOA/Reuters/AP/Ant)
Editor : Sotyati
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...