Nikmati Kopinya, Bukan Cangkirnya
Dalam sebuah reuni, seorang guru memperhatikan mantan murid-muridnya yang tengah bercintang tentang sukses yang mereka raih. Kemudian guru itu masuk dapur dan keluar dengan seteko kopi panas dan beberapa cangkir. Ada cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik.
Sang guru menyuruh mantan muridnya mengambil satu cangkir dan mengisinya dengan kopi panas. Lalu sang Guru berkata, “perhatikanlah bahwa kalian semua telah memilih cangkir yang bagus, dan yang tersisa adalah cangkir yang murah dan tidak menarik.”
“Memilih hal yang baik adalah wajar dan manusiawi. Masalahnya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kalian mulai terganggu. Secara otomatis, kalian melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya.”
“Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukan cangkirnya, melainkan kopinya. Bahkan kopi yang sama nikmatnya. Hidup kita seperti kopi, dan cangkir adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kita miliki.”
Sahabat, jangan pernah membiarkan “cangkir” mempengaruhi cara kita menikmati “kopi” kehidupan. Cangkir penting, tetapi bukan yang utama. Kualitas kopi itu yang utama. Nikmatilah kopinya, bukan cangkirnya. Dan jangan sampai kita bagaikan meminum kopi basi, sekalipun dengan cangkir kristal.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...