Non-Muslim di Michigan Lindungi Umat Muslim Salat
MICHIGAN, SATUHARAPAN.COM – Kebencian terhadap umat Muslim meningkat di Amerika Serikat, mahasiswa non-Muslim di Universitas Michigan membuat lingkaran untuk melindungi umat Muslim yang sedang salat berjamaah, hari Senin (14/11). Aksi ini merupakan pertentangan terhadap penindasan umat Muslim di AS.
Setelah mendengar ada laporan salah satu umat Muslim diancam karena imannya, ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas berkumpul untuk berjaga-jaga di sekitar teman-temannya yang melakukan ibadah salat di alun-alun kampus.
Salat isya berjamaah diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Muslim Universitas. Pemimpin kelompok, Farhan Ali, mengatakan kepada Huffington Post bahwa anggota kelompoknya ingin menunjukkan kepada kampus bahwa mereka bangga menjadi seorang Muslim.
“Beberapa orang takut bahwa kegiatan ibadah kami akan mengganggu mereka. Jadi kami memiliki ide untuk menelepon kawan-kawan non-Muslim untuk mendukung kami dan membuat lingkaran di sekitar kami selama kami berdoa dan memastikan keselamatan kami,” kata Ali.
Tapi Ali tidak menyangka dukungan untuk komunitasnya akan kuat seperti ini, baik dari teman seiman maupun non-Muslim.
“Ratusan orang keluar untuk berdoa dan menunjukkan dukungannya kepada kami,” kata Ali. “Jumlah dukungan ini luar biasa dan benar-benar indah. Dukungan itu membawa dampak beberapa kemudahan bagi kami, umat Muslim dan menunjukkan bahwa kami memiliki orang-orang yang bersedia mendukung kami.”
Mohammed Ishtiaq, ulama universitas, mengatakan baik masyarakat Yahudi dan Kristen di kampus bergabung untuk menyatakan dukungan mereka. Bahkan, ada beberapa di antara mereka menulis di sebuah spanduk, “Kalian Berhak Ada di Sini”.
“Meskipun saat itu adalah malam yang dingin, dukungan ini seperti menghangatkan kami,” kata Ishtiaq. “Acara solidaritas seperti ini memberi kami harapan.”
Salat isya ini digelar untuk menanggapi laporan bahwa seorang mahasiswa Universitas Michigan telah dilecehkan oleh orang asing karena memakai jilbab. Menurut The Washington Post, tersangka mendekati perempuan itu pada hari Jumat (12/11) malam di dekat kampus Ann Arbor dan mengancam untuk membakarnya hidup-hidup jika ia tak melepas jilbabnya. Polisi Ann Arbor saat ini sedang menyelidiki kasus itu.
Laporan pelecehan dan penindasan terhadap umat Muslim melonjak beberapa hari setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Selama kampanye, Trump memicu kontroversi dengan menyarankan umat Islam untuk mendaftarkan diri dan terekam dalam database negara itu. Dia juga melarang umat Islam di luar AS masuk ke negara adidaya tersebut. Larangan itu kemudian berubah menjadi pemeriksaan ekstrem terhadap imigran.
Meskipun Trump terlihat tak lagi bersuara terkait pemikirannya terhadap kaum Muslim di AS sejak malam pemilihan, beberapa aktivis khawatir bahwa kemenangan Trump bisa memberi semangat kepada orang-orang yang aktif menebar kebencian terhadap Muslim.
Ali mengatakan di Universitas Michigan, beberapa kaum Muslim terlihat gelisah, sedih dan takut setelah pemilu. Tapi sekarang, komunitas tersebut telah mencoba untuk berbaur.
“Kita harus menyingsingkan lengan baju dan berusaha karena perjuangan tidak berakhir di hasil akhir pemilu,” kata Ali. “Kami tidak akan takut dan menyerah dalam ancaman serangan ini.”
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...