Nono Memilih Beasiswa Pendidikan Ketimbang Hadiah Mobil dan Laptop
SATUHARAPAN.COM – Nono, siswa sekolah dasar kelas dua dan juara dunia matematika, menolak hadiah mobil dan laptop, tetapi lebih memilih mendapat beasiswa untuk kelanjutan pendidikannya.
Nono, nama aslinya Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunay. Dia dari keluarga sederhana: ayahnya, Raflim Meo Tnunai, bekerja serabutan, dulunya kuli atau tukang bangunan, Nuryati Seran, sang ibu merupakan guru dengan status kontrak.
Dia anak berusia tujuh tahun dan masih duduk di kelas dua di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Buraen 2, di Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), wilayah yang termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Namun dari sana, anak ini menyabet juara pertama kompetisi matematika tingkat internasional, tepatnya International Abacus World Competition 2022. Kompetisi itu diadakan oleh International Abacus Brain Gym.
Oleh Astra, yang lembaganya, Yayasan Pendidikan Astra, membantu belajar matematika dan abacus, serta mendaftarkannya ke kompetisi internasional, Nono ditawari hadiah mobil. Dia dan keluarganya menolak, karena masalah beban operasional mobil.
Ketika bertemu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, Nono ditawari laptop, dan kembali menolak, beralasan dia sudah punya laptop. Ketika Mas Menteri menawarkan mau hadiah apa, Nono menjawab bola.
Nono yang ketika itu mengenakan seragam mirip tentara, dengan dipundaknya ada empat bintang, karena dia ingin jadi tentara, juga mengaku suka sepak bola. Itu sebabnya dia memilih diberi bola agar bisa bermain dengan teman-temannya di sebuah desa di NTT.
Pembinaan di Keluarga
Nono menyingkirkan 7.000 peserta lainnya dalam kompetisi matematika dan sempoa tingkat dunia. Di kompetisi yang berlangsung online tersebut Nono berhasil menyelesaikan 15.201 file. Satu file terdapat 10 soal, sehingga total soal yang dikerjakan Nono dalam jangka waktu satu tahun sebanyak 152.010 soal. Soal-soal tersebut diujikan secara virtual dan listening dalam bahasa Inggris.
Kecerdasan Nono dalam matematika teruji dalam kompetisi itu, Mas Menteri Nadiem Makarim, membuktikannya juga ketika diajukannya sejumlah soal penambahan dan perkalian yang dijawab dengan tepat dan cepat oleh Nono.
Orangtua Nono mengakui bahwa anaknya memang cerdas dan menggemari matematika. Dan kemudian Yayasan Pendidikan Astra yang memberikan pelatihan matematika dan abacus di sana menemukan kecerdasan Nono dan kemudian diberi pelatihan matematika dan abacus, sampai hasilnya menunjukkan kemampuannya pada konpetisi internasional.
Yang menarik, Nono berupakan hasil pendidikan dan kebiasaan disiplin dalam keluarga. Seperti pengakuannya dikutip sejumlah media, Nono menyebutkan dia rajin membaca Alkitab. Dan sebelum berangkat sekolah bersama orangtuanya selalu mengawali dengan berdoa.
Sejak kecil, Nono dikenal super aktif, menurut Nuryati, ibunya. Meski ia gemar bermain dengan teman-temannya, namun Nono juga suka belajar, membaca, dan menulis. "Dia sejak kecil itu sangat aktif, suka lari sana-sini, bermain dengan teman-teman," kata Nuryati dikutip sejumlah media.
Tanda kecerdasan Nono sudah nampak sejak bayi. Nono sudah bisa berbicara lancar saat usia satu tahun.Saat berusia lima tahun dan duduk di Paud Tunas Belia, ia sudah bisa membaca. Dia mengikuti kursus bahasa Inggris setiap pekan.
Meskipun dari keluarga sederhana, kemauan keras Nono untuk belajar berusaha untuk dipenuhi oleh keluarganya. "Rasa ingin tahu Nono sangat tinggi. Jadi, dia paksa kami harus ikutkan kursus. Beli buku bacaan. Terpaksa kami turuti saja kemauannya biar semangat belajar tidak redup," kata Nuryati. Nono suka membaca buku-buku fisika dan pengetahuan alam.
Pilihan Yang Bijak
Nono memang berbakat dan unik. Dan ketika menolak hadiah mobil dan laptop, serta lebih memilih beasiswa untuk pendidikannya, menunjukkan pilihannya yang bijak, termasuk oleh keluarganya. Mobil mungkin barang mewah bagi keluarga Nono, tetapi saangat mungkin lebih merepotkan, karena urusan dan beban operasionalnya kalau dimiliki di desanya. Soal laptop, dia sudah punya.
Pilihan beasiswa adalah bijak, karena itu menyangkut peluang mengembangkan diri, hal langka di kampunya dan berharga bagi masa depannya. Jika kecerdasan Nono diasah hingga dia mampu seperti yang dia bayangkan seperti CEO Tesla, Elon Musk, kalau soal laptop dan mobil, adalah hal yang sederhana untuk didapat oleh Nono nanti.
Peluang untuk mengembangkan diri itulah kata kunci bagi orang-orang bertalenta untuk mengembangkan diri, dan nantinya berkontribusi bagi bangsa dan negara dan umat manusia. Dan Nono dengan kecerdasannya punya peluang untuk itu.
Bagi bangsa dan negara Indonesia, untuk kemajuan dan kesejahteraan, peluang pengembangan diri, termasuk melalui beasiswa, bagi anak-anak dengan talenta kuat, baik di bidang sain, seni, sosial, olah raga, dan bidang lain, sangat diperlukan untuk dibula lebih lebar. Di Indonesia ada banyak “Nono” di baidang lain yang menunggu ditemukan dan dikembangkan.
Editor : Sabar Subekti
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...