NPC DKI Jakarta Berlatih Dalam Kesederhanaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – National Paralympic Committee (NPC) Provinsi DKI Jakarta dalam rangka menghadapi Peparnas 2016 berlatih dalam kesederhanaan atau keterbatasan fasilitas bagi para atlet.
Baharuddin, salah satu atlet disabilitas kursi roda Provinsi DKI Jakarta mengatakan saat ini butuh sponsor bagi para atlet secara keseluruhan dari segala cabang agar menjamin kelangsungan dan kesejahteraan atlet, karena, menurut dia ajang tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata.
“Kita butuh sponsor untuk dana,” kata dia kepada satuharapan.com, Jumat (7/8) di Gelanggang Olah Raga Rawamangun, Jakarta.
Dia mengisahkan saat meraih medali di Peparnas 2012 di Pekanbaru, Riau dia mendapat bonus lima juta rupiah, sementara dia sempat mendengar kabar atlet umum di PON (Pekan Olah Raga Nasional) 2012 di Pekanbaru, Riau mendapat bonus untuk medali perunggu mencapai 25 juta rupiah.
Baharuddin menjelaskan saat di Peparnas 2012 dia mempersembahkan tiga medali perunggu pada atletik kursi roda nomor 100 meter, 200 meter, dan 1500 meter, selain itu dia juga membawa pulang satu medali perak dari nomor 400 meter.
“Bayangin aja karena kalau kita bonus 5 juta kan masih buat macam-macam, ya perawatan kursi roda sementara itu atlet dengan fisik normal aja bonus saya denger (dengar) sampai 25 juta. Pengeluaran kita bahkan lebih, bahkan kalau kita hitung-hitung lebih dari satu jutaan lah, nggak tahu nih kok NPC nggak dapat sponsor,” dia menambahkan.
“Kursi roda saya aja bisa ganti tahun depan,” dia menambahkan.
Ketua NPC DKI Jakarta, Welly Ferdinandus menjelaskan dia bersyukur banyak atlet yang giat berlatih dalam kondisi terbatas, termasuk pelatih yang rela tidak dibayar.
“Kami butuh dukungan banyak pihak saat ini, karena sarana latihan minim, saya tidak bisa menggaji pelatih,” kata Welly kepada satuharapan.com, Jumat (7/8) di Gelanggang Olah Raga Rawamangun, Jakarta.
Welly mengharapkan asupan gizi para atlet yang dia harapkan dapat tetap stabil, dan kesehatan dapat terjaga.
“Nah ini saya juga bersyukur karena mereka mau makan dengan cara sederhana seperti ini, kita sediakan cuma pakai rantang,” dia menjelaskan.
Menurut pengamatan satuharapan.com, makanan dan minuman yang tersedia di tempat latihan bercampur jadi satu dengan banyak peralatan olah raga–kursi roda, busur panah, anak panah, peluru untuk tolak peluru, dan tumpukan dokumen–dan seolah tidak beraturan.
Welly menjelaskan sebelum dan sesudah atlet berlatih maka mereka harus merapihkan lagi alat-alat ke tempat semula, tercatat Maria Goretti Samiati (Ami) mengembalikan kursi roda ke tempat penyimpanan, sementara Baharuddin pulang ke Panti Sosial Pondok Bambu menggunakan kursi roda–yang juga mengantarkan dia meraih kepingan medali–di Peparnas 2012.
Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) adalah suatu ajang kompetisi yang menyerupai Pekan Olahraga Nasional (PON) bagi atlet penyandang difabilitas di Indonesia. Perbedaan PON dan Peparnas terletak pada pembagian kelas dan teknis pertandingan, dimana atlet dikelompokkan berdasarkan kondisi fisiknya. Dahulu, Peparnas disebut Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas), namun kemudian kata cacat diganti dengan kata paralimpiade.
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...