NSA Pantau Kelompok Radikal dari Aktivitas Mengunjungi Situs Porno
WASHINGTON , SATUHARAPAN.COM - Badan Keamanan Nasional (National Security Agency / NSA) Amerika Serikat telah mengumpulkan catatan aktivitas seksual secara online orang-orang yang terlibat dalam radikalisasi.
Informasi aktivitas seksual dan bukti kunjungan ke situs porno itu merupakan bagian dari rencana untuk merusak reputasi dari orang-orang dan lembaga yang dipercaya melakukan radikalisasi melalui pidato yang membakar.
Aktivitas NSA ini, menurut huffingtonpost.com, merupakan bagian informasi rahasia yang dibongkar oleh mantan karyawan NSA, Edward Snowden yang sekarang tinggal di Rusia setelah mendapatkan suaka sementara di negara itu.
Snowden telah membongkar aktivitas spionase NSA dan telah menimbulkan skandal yang luas termasuk hubungan diplomatik Amerika Serika dengan negara lain. Dalam kasus yang terkait, Australia yang juga diduga terlibat, dan telah menimbulkan ketegangan hubungan dengan Indonesia.
Enam Target
Menurut dokumen itu, ada enam target dari NSA, dan semuanya dari kelompok Muslim. Informasi tentang aktivitas seksual dan kunjungan ke situs porno itu dipelajari dan digunakan untuk melemahkan kredibilitas, reputasi dan otoritas orang dan lembaga yang selama ini dengan gigih menyebarkan radikalisme.
Dokumen NSA , tanggal 3 Oktober 2012, menurut Huffington Post, berulang kali merujuk tuduhan yang kuat adanya kemunafikan dari orang dan lembaga target. Laporan itu menunjukkan bahwa para radicalizers rentan dalam wilayah kekuasaannya terkait perilaku pribadi, dalam seksualitas dan konsistensi.
Dokumen yang dimanfaatkan adalah tentang aktivitas para radicalizers yang mengunjungi situs pornografi dan menyaksikan di media online material seksual secara vulgar, atau mereka menggunakan bahasa persuasif, merayu dan secara eksplisit tentang seksual ketika berkomunikasi dengan gadis-gadis muda yang belum berpengalaman.
Identifikasi Target
NSA mengidentifikasi individu dan kelomok yang ditargetkan dan dipercaya meradikalisasi orang melalui ekspresi ide-ide kontroversial melalui YouTube, Facebook dan situs media sosial lainnya. Pengikut atau orang yang menonton menggunakan bahasa Inggris dan berbahasa Arab. Mereka meliputi orang-orang yang belum memiliki pandangan ekstremis, tetapi rentan terhadap pesan ekstremisme.
Dokumen itu juga mengungkapkan NSA memonitor pidato-pidato dan tulisan-tulisan dari enam individu yang paling vokal dalam menyampaikan pesan radikalisasi di sejumlah negara, termasuk Inggris, Jerman, Swedia, Kenya, Pakistan, India dan Arab Saudi.
Menurut dokumen itu , NSA percaya bahwa pemanfaatan pengawasan elektronik untuk mengungkapkan ke publik aktivitas seksual online para radicalizers dapat membuat mereka lebih sulit melakukan radikalisasi atau sulit mempertahankan kredibilitas mereka di publik.
Mengungkapkan potensial kerentanan itu dapat menjadi lebih efektif bila digunakan dalam kombinasi dengan kerentanan karakter atau kredibilitas, atau keduanya. Pesan tentang kemunafikan itu untuk membentuk persepsi para pengikutnya, kata dokumen itu.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...