NU Sudah Lama Ingatkan ISIS Berbahaya, tapi Tidak Didengar
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH. Said Aqil Siradj mengungkapkan bahwa dia sejak lama memperingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa organisasi internasional ISIS (Islamic State Iraq and Syria) adalah organisasi terlarang dan sangat berbahaya.
“Dari awal sudah sering memberi masukan ke pejabat, ISIS sangat berbahaya,” kata Said dalam Apel Kebhinekaan Lintas Iman Bela Negara, di Lapangan Banteng, Jakarta, Hari Minggu (17/1).
“Sejak awal saya menyampaikan, kurang lebih dua tahun lalu, orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS lebih dari 800 orang, tapi ada pejabat yang tidak percaya karena dia menjawab cuma 200 (orang, red) saja, nah sekarang benar saya kan,” kata Said.
Ia sejak awal menyerukan kepada aparat penegak hukum agar mengawasi dana untuk pengkaderan ISIS di Indonesia. “Lagi-lagi, ada juga yang bilang belum perlu dipantau itu (aliran dana untuk ISIS, red), nah buktinya ada kan,” kata dia.
Ia mengajak masyarakat Indonesia melawan ISIS karena organisasi tersebut, menurut dia, melakukan kejahatan besar dengan mengatasnamakan Islam.
Said memberi apresiasi aparat keamanan di Indonesia yang dia nilai berhasil memulihkan keamanan dalam waktu cepat, sehingga ketertiban dan ketentraman masyarakat dapat kembali normal.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PBNU, KH Marsudi Syuhud, menginginkan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang menjaga keharmonisan secara bersama-sama melalui hadirnya berbagai organisasi sosial kemasyarakatan.
“Kami menginginkan organisasi lintas kemasyarakatan memiliki komitmen menjaga masyarakat dari pengaruh terorisme, dan narkoba,” kata dia.
Dalam Apel Lintas Iman Bela Negara ini, selain Said Aqil Siradj turut hadir beberapa menteri antara lain Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, perwakilan dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Uskup Yohanes Harun Yuwono, Ketua Umum Wali Umat Buddha Indonesia Suandi Sandjaja, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Uung Sandana, Perwakilan Ketua bidang Ideologi, Politik, Hukum, dan HAM Parisadha Hindu Dharma Indonesia Yanto Jaya.
Selain para tokoh lintas iman, Apel Lintas Iman Bela Negara ini dihadiri lebih kurang 12.000 simpatisan dari organisasi kepemudaan seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, Gerakan Muda Kristen Indonesia, Pemuda Katolik, Wanita Katolik, Hikmahbuddhi (Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam apel lintas Iman para tokoh lintas iman mendeklarasikan beberapa poin yakni mengimbau masyarakat tidak takut melawan radikalisme, terorisme, dan narkoba dengan membangun kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini serta sinergi dengan seluruh stakeholders bangsa. Kemudian masyarakat diimbau meningkatkan persatuan dalam bingkai kebhinnekaan dan memperkokoh persaudaran, mendesak kepada pemerintah untuk menindak dengan tegas dan memberantas pelaku teror dan teroris, membubarkan organisasi organisasi radikal serta memperkuat sistem pertanahan dan keamanan bangsa dengan melakukan tindakan pencegahan dini dan berkolaborasi dengan seluruh organisasi masyarakat sipil.
Tokoh lintas iman menyerukan untuk melakukan pertobatan nasional dan lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bom Sarinah Terkait ISIS
Kelompok militan Islamic State Iraq and Syria (ISIS) menyatakan bertanggung jawab atas aksi teror bom di Kawasan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.
"Pejuang ISIS menjalankan serangan bersenjata pagi ini menyasar warga asing dan pasukan keamanan yang melindungi mereka di ibu kota Indonesia," tulis media propaganda ISIS, Aamaq, melalui saluran Telegram-nya, seperti dikutip Reuters, hari Kamis (14/1).
Hal itu semakin menguatkan pernyataan Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, Irjen Tito Karnavian, yang mengatakan para pelaku teror bom di Kawasan Sarinah, hari Kamis (14/1), berkaitan dengan ISIS.
"Jaringan pelaku berkaitan dengan ISIS," katanya saat jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, hari Kamis (14/1) sore.
Tito menjelaskan, ISIS telah mengubah strategi, bila dulu hanya beraksi di Irak dan Suriah, pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, kemudian memerintahkan pengikutnya beroperasi di luar. Kemudian, dibentuk cabang-cabang ISIS di seluruh dunia. Khusus di Asia Tenggara, jaringan ISIS berada di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand.
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...