Nubuat Palsu dan Benar di Era Pandemi
SATUHARAPAN.COM-Bagaimana seseorang membedakan kehendak Tuhan di saat krisis dan bahaya? Demikian pertanyaan yang diajukan oleh Pendeta Pauline Wanjiru Njiru dalam refleksi barunya atas nasihat Nabi Yeremia untuk orang buangan di Babilonia.
Virus corona telah menimbulkan informasi salah dan distorsi, serta saran ilmiah yang berkembang dan terkadang bertentangan. Bahkan para pemimpin agama dan pengkhotbah terkemuka telah berjuang untuk mengatasi konsekuensi praktis dari pandemi bagi jemaat mereka, dengan tantangan teologisnya yang mendalam.
Situasi tersebut, kata Njiru, “membuat kita bergumul dengan pertanyaan bagi segala usia: bagaimana kita membedakan suara Tuhan di masa-masa sulit, ketika, seperti yang sering terjadi, nubuatan palsu terdengar meyakinkan dan nubuatan yang benar sulit untuk disampaikan, diterima, atau percaya?"
Merefleksikan permohonan Yeremia yang penuh gairah tetapi bijaksana, katanya, dapat membantu orang Kristen menavigasi "nubuatan yang benar dan salah" di zaman kita, yang mencakup tidak hanya nasihat yang saling bertentangan, tetapi juga persaingan narasi tentang virus, menstigmatisasi korbannya, dan malpraktek pastoral, agar dapat sampai pada tindakan otentik dan bertanggung jawab.
“Teks ini adalah ajakan bagi orang-orang yang menghadapi momen dan situasi yang menantang, seperti diri kita sendiri, untuk beradaptasi, dan mencoba membuat hidup bermakna di saat-saat yang tidak biasa,” tulisnya.
Studi baru Njiru adalah yang terbaru dari serangkaian refleksi alkitabiah yang disusun sebagai tanggapan terhadap pandemi virus corona dan diterbitkan sebagai Healing the World. Njiru, yang berbasis di Nairobi, Kenya, adalah koordinator regional untuk Afrika Timur dalam Program Ecumenical HIV and AIDS Initiatives and Advocacy (WCC-EHAIA). (oikoumene.org)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...