Nuh: Kisah Menata Dunia
Kita bertanggung jawab menata dunia.
SATUHARAPAN.COM – Kalau bicara tentang perbedaan dari sudut pandang agama, kita akan selalu diperhadapkan dengan kesulitan karena masing-masing memiliki ”ruang” yang hampir tak mungkin disatukan dengan yang lain. Benarkah demikian? Tidak selalu begitu.
Memang harus kita akui adanya ”wilayah” bagi masing-masing agama, tetapi ada juga ”ruang bersama” yang bisa kita hidupi. Bagi saya ruang kebersamaan itu bukan hanya menyangkut hal-hal praktis, tetapi dapat juga digali dari pesan Kitab Suci.
Kitab Suci berbicara tentang Nuh yang diselamatkan Allah dari bahaya air bah (Kej. 8:15-19). Selama 190 hari Nuh hidup bersama dengan istri, anak, menantu dan makhluk hidup lainnya dalam bahtera. Bisa dibayangkan, selama 6 bulan lebih manusia hidup bersama dengan hewan-hewan, liar maupun jinak. Bisa saja ada persoalan antara manusia dan hewan, atau antarhewan itu. Tetapi, tampaknya mereka semua menyatu dalam harmoni. Dan setelah itu semuanya harus keluar dari Bahtera.
Dari kisah keluarnya Nuh dari Bahtera, setidaknya ada tiga prinsip dalam hidup bersama. Pertama, prinsip keluar dari bahtera. Bahtera adalah zona nyaman, dan semua makhluk diperintahkan keluar dari dalamnya. Nuh dan keluarganya, beserta segala makhluk, tidak boleh terus ada di sana. Itu berarti, ajaran agama, jabatan dan status sosial dapat menjadi wilayah aman bagi masing-masing kelompok yang membatasi kebersamaan dengan yang lainnya. Itu berarti, setiap manusia harus keluar dari zonanya untuk bertemu dengan yang lain.
Kedua, Nuh disuruh keluar dari bahtera bukan untuk sekadar hidup, tetapi untuk menata dunia. Dari keturunan Nuh berkembanglah manusia menjadi beragam bangsa (Kej. 11). Jadi, tanggung jawab menata dunia merupakan prinsip kebersamaan yang harus kita hidupi.
Ketiga, Nuh menjalankan tanggung jawabnya berdasarkan firman Allah. Semua agama sudah tentu didasarkan pada Kitab Suci dengan pemaknaan yang berbeda-beda. Tetapi, apa pun definisi agama kita tentang Kitab Suci, kita meyakini bahwa Kitab Suci itulah yang menggerakkan kita untuk menata, mengatur, dan terlibat dalam tanggung jawab menata dunia milik Tuhan.
Ya, kita bertanggung jawab menata dunia!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
PGI Ajak Agama Bangun Perubahan Perilaku Pro Kehidupan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyatakan bahwa agama berpe...