Menurut Keperluannya
Banyak orang tergoda menjadi serakah. Bukan mengutamakan kebutuhan, melainkan keinginan.
SATUHARAPAN.COM – Kemerdekaan ternyata tidak melepaskan Israel dari masalah. Kemerdekaan membawa konsekuensi baru. Mereka memang telah merdeka dari Mesir, dan sekarang mereka sedang menuju Kanaan. Itu berarti mereka harus mencukupi segala sesuatunya sendiri. Dan pada saat itulah masalah demi masalah mulai dirasakan.
Kemerdekaan bukanlah berarti lepas dari masalah. Para Bapak, juga Ibu, Bangsa Indonesia paham akan hal itu. Dalam pembukaan UUD’45 mereka merumuskan bahwa kemerdekaan bukanlah titik akhir, tetapi pintu gerbang, yang harus dijalani untuk mewujudkan negara sejahtera.
Masalah pertama yang langsung menimpa Israel ialah minuman dan makanan. Ketika masalah muncul yang keluar pertama kali dari mulut umat Israel adalah keluhan. Mereka membandingkan antara kehidupan di padang gurun dan Mesir. Lebih menarik lagi, ternyata mereka lebih suka menjadi budak ketimbang menjadi bangsa merdeka yang tidak memiliki makanan.
Tampaknya, mental budak telah berurat akar dalam hati, sehingga mereka merasa lebih nyaman sebagai budak. Kenyataannya memang demikian. Sebagai budak, mereka tidak perlu memikirkan makanan dan minuman. Asal mereka kerja baik, Sang Tuan akan memberi makanan.
Kepada Musa dan Harun mereka berujar, ”Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab mau membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan!” (Kel. 16:3)
Ternyata, meski sama-sama mati, orang Israel lebih suka mati dalam kondisi perut kenyang daripada mati dalam keadaan perut keroncongan. Padahal, mati dalam kondisi perut kenyang atau keroncongan sama-sama mati.
Mendengar uneg-uneg itu, Allah menunjukkan kesabaran-Nya. Allah pun agaknya memahami bahwa bangsa bermental budak itu sedang belajar menjadi bangsa merdeka. Dan belajar merupakan sebuah proses. Artinya, perlu waktu. Allah tidak menghukum Israel. Dia sendiri menyediakan manna dan burung puyuh, namun dengan satu syarat: setiap orang mengambil menurut keperluannya.
Ini merupakan pokok penting karena banyak orang tergoda menjadi serakah. Bukan mengutamakan kebutuhan, melainkan keinginan. Dan keinginan manusia memang tak terbatas. Syarat itu pun menjadi pokok Doa Bapa Kami: ”Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya!”
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...