Nyala untuk Yuyun
Di manakah nurani kita?
SATUHARAPAN.COM – Nama saya Yuyun. Siswi kelas 2 SMP 5 Satu Atap, Padang Ulak Tanding, Rejang Lebang, Bengkulu. Saya juga punya cita-cita, sama seperti anak bapak dan ibu. Kini cita-cita itu tanggal. Saya hanya tinggal jasad, menggenakan seragam Pramuka yang koyak, ditemukan terikat di dasar jurang.
Cuplikan tulisan yang dibagikan melalui media sosial ini membuat saya membisu. Terbayang anak-anak yang berangkat sekolah dengan semangat meraih masa depan. Kadang cemberut menghadapi tugas yang diberikan guru, ada kalanya bermalas-malasan bangun pada pagi hari, kadang begadang sampai malam mempersiapkan ulangan. Semua dijalani bersama untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Yuyun adalah salah satu dari anak-anak tersebut. Mengenakan seragam pramuka, sepulang sekolah dengan berjalan kaki, harus menghadapi siksaan dan kematiannya akibat diperkosa 14 pemuda mabuk, yang kemudian membuang jasadnya ke jurang.
Apakah kesalahan Yuyun?
Kasus ini tentu mengetuk pintu hati kita semua, pendidikan moral adalah tanggung jawab bersama. Di tengah maraknya arus informasi yang begitu cepat dan luas, akses pornografi dan minuman keras yang mudah didapat, korbannya bukan hanya para pelaku, tetapi orang-orang yang tidak bersalah seperti Yuyun.
Nyala untuk Yuyun adalah kesehatian kita untuk diam sejenak. Ada seorang anak di sana, yang sama seperti anak-anak kita, dengan celoteh kepolosannya yang membuat kita tersenyum. Anak itu sendirian harus menghadapi 14 pemuda yang secara brutal memperkosanya sampai mati, dengan alasan karena mabuk dan menonton akses-akses pornografi.
Di manakah nurani kita?
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...